Example floating
Example floating
SULAWESI UTARA

Sulut Jadi ‘Taman Sari’, Wagub Katakan Keamanan dan Harmoni Itu Mahal

×

Sulut Jadi ‘Taman Sari’, Wagub Katakan Keamanan dan Harmoni Itu Mahal

Sebarkan artikel ini
Manado, detiKawanua.comPemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut melalui Biro Kesejahteraan Masyarakat (Kesra) dalam kegiatan seminar keagamaan Pemuda Lintas Agama bertema ‘Membangun Persaudaraan’  Torang Samua Ciptaan Tuhan, diselenggarakan di Swiss Bella Manado pada Senin (18/09), dibuka Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandouw dan didampingi Kepala Biro Kesra, Kartika Devi Kandouw Tanos, merasa sangat penting dilaksanakan karena selain memperkuat juga membangun rasa persaudaraan, toleransi antar umat beragama khususnya di Provinsi Sulawesi Utara.
Dalam sambutan Wagub Kandouw pun mengatakan pemerintah provinsi sangat mengapresiasi kegiatan seminar/dialog trans pemuda tersebut dengan berbagai alasan tertentu untuk rasa kebersamaan dan keutuhan NKRI khususnya di Sulawesi Utara.
“Hal ini betul-betul diperhatikan. Saya pikir kalau kita manfaatkan tagline Torang Samua Ciptaan Tuhan maka akan ada keharmonisan antar masyarakat dan umat beragama. Tidak hanya itu, dengan lingkungan alam pun kita (manusia) harus bersahabat, contohnya saja kejadian bencana alam itu merupakan salah satu bukti bagi kita dalam mengambil kesimpulannya,” terang Wagub, sembari mengatakan bahwa tagline Torang Samua Ciptaan Tuhan itu ide dari Gubernur Sulut (Olly Dondokambey), dan ide ini muncul pertama kali saat melakykan safari Ramadhan di Bolmong Utara.
Kandouw juga mengajak bahwa dengan makna itu (Torang Samua Ciptaan Tuhan) semua kelompok (suku,ras/agama) bisa datang hidup di Sulawesi Utara namun dengan menjaga keamanan dan keharmonisan.
“Kita target ‘taman sari’ (kehidupan harmonis semua kelompok) di Indonesia terutama di Sulut. Dengan harapan tagline itu bisa menjadikan simbol berbeda dari daerah lain di Indonesia.

Mari kita gelorakan kegiatan-kegiatan seperti ini dan atas nama Pemprov Sulut mendukung. Ingat keamanan dan harmoni itu mahal,” ungkapnya.
Disisi lain, Kandouw juga menyepakati bahwa bentuk radikalisme yang mengatasnamakan agama ada itu bukan hanya milik satu kelompok tertentu saja namun itu berpotensi di 5 agama (Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu).
“Yang akhirnya mereka (kelompok) radikal itu hanya membuat kehancuran dan ancaman bagi NKRI. Namanya radikal itu destruktif,” terangnya sembari menjelaskan sejarah kelompok-kelompok radikal yang membawa masing-masing agama.
Hadir pada pembukaan seminar tersebut diantaranya para tokoh petinggi agama dan perwakilan organisasi pemuda lintas keagamaan se-Sulut .
(IsJo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *