Manado, detiKawanua.com – Bertempat di Aula Hotel Peninsula Manado pada Kamis (13/02/2020), Kepala Dinas Perkebunan Daerah Sulut, Refly Ngantung bersama Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI, telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) Komoditi Pala dan Cengkeh.
Pada kesempatan itu, Kadis Refly pun mengungkapkan dilaksanakannya kegiatan FGD dimaksud dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dalam rangka meningkatkan nilai ekspor 300 persen, sesuai komitmen pemerintah RI dan Sulut dua komoditi sebagai subtitusi untuk memicu ekspor tersebut, yakni pala dan cengkeh.
“Sehingga perlu dari semua pihak, stakeholder, pemangku kepentingan untuk meningkatkan ekspor ini sehingga dari hulu sampai ke hilir menyatukan persepsi dan membangun komitmen, karena yang membangun komitmen cuma petani atau pedagang itu tidak efektif,” terangnya kepada wartawan sembari berharap adanya komitmen bersama dengan semua pihak untuk mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk meningkatkan daya saing tersebut, agar daya saing itu bisa muncul.
“Bagaimana menaikkan daya saing tersebut, yakni mulai dari on farm, kita harus perhatikan agar tidak terkontaminasi dengan toksin, karena bicara Pala sangat rentan terkontaminasi dengan toksin. Seperti dikatakan Pak Gubernur (Olly Dondokambey) melalui Pak Assisten II (Praseno Hadi), bahwa kita sedang berusaha untuk memperpendek rantai pasok, oleh karena ekspor kita harus melalui Pulau Jawa (Surabaya), karena disana punya alat yang sangat canggih untuk mendeteksi terkontaminasi toksin atau tidak. Sehingga kedepan sudah dibahas di Bagian Anggaran (Banggar) DPR RI, jika memungkinkan Port Bitung itu menjadi daerah sentra eksport untuk wilayah Timur, sehingga komoditi kita yang ada di Sulut termasuk kopra, distribusinya kita potong sehingga otomatis nilai yang diterima oleh petani akan lebih tinggi,” jelas Ngantung.
“Pusat harus membuat regulasi sehingga menyatukan persepsi, perdagangan punya regulasi sendiri, pertanian punya regulasi sendiri, Pelindo punya regulasi sendiri juga, sekarang kita satukan regulasi itu, untuk memperpendek/memangkas rantai pasok agar supaya nilai tambah bisa dinikmati oleh petani,” tambahnya.
Sebelumnya oleh Asisten II saat sambutannya menegaskan kegiatan tersebut sangat strategis dimana PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
Sulut paling tinggi sektor perkebunan, termasuk perkembangan 4.0 berbasis teknologi dapat menunjang sektor perkebunan.
Dikatakannya pula bahwa Gubernur Sulut dengan berbagai terobosan dilakukan salah satunya saat bertemu dengan Banggar DPR RI terkait dengan ekspor bisa dilakukan langsung dengan dukungan Hub Port Bitung sehingga biaya cost lebih sedikit, sehingga menggairahkan pereknomian Sulut.
“Dengan adanya FGD ini tekad 3 kali ekspor maka ada 3 kali produksi sektor perkebunan sehingga dapat mensejahterahkan petani, termasuk adanya industri pengolahan dalam meningkatkan produksi.
Gubernur telah melakukan terobosan lewat Dinas Perkebunan untuk memfasilitasi baik dari sisi teknis dan pembiayaan lewat KUR bagi petani sehingga semua dapat sejahtera terutama para petani,” pungkas Praseno Hadi.
(mild70)