“Sekarang umur saya sudah 63 tahun. Istri saya, Dorce Ambat 65 tahun. Tahun 2007 silam kita tinggalkan kampung halaman yang nan jauh di sana, untuk merantau bersama istri di negeri orang, dengan tujuan di Kabupaten Boltim, guna mencari nafkah hidup. Sebab, Saya juga mempunyai keluarga di sini,” terang Hendri kepada detiKawanua.com Minggu (27/10) siang tadi, saat disambangi di rumahnya, tepat di ujung (tanjung-red) Dusun 1 Desa Jiko Port.
“Awal profesi Saya sebagai nelayan, namun karena keterbatasan alat tangkap ikan serta perahu jadi Saya tidak sering melaut. Itupun jika melaut Saya harus pinjam perahu kerabat di sekitar sini, kalaupun diberi oleh mereka. Jadi, keseharian Saya hanya melayani warga yang datang berobat di rumah ini, dengan obat-obatan tradisional daun-daun herbal tanpa memungut biaya. Walaupun kondisi hidup Saya tak selayak orang lain. Saya ikhlas mengobati dengan gratis bagi warga yang sakit siapapun dia, datang dari daerah mana, pasti Saya tolong untuk diobati penyakitnya tanpa pilih kasih. Sudah ribuan orang Saya obati dari beberapa daerah,” tutur Hendrik seraya menunjuk kondisi rumahnya yang hanya beratapkan terpal.
“Saya sangat berharap ada bantuan pemerintah Boltim, melaui bantuan dana stimulan untuk warga seperti saya, guna pembangunan tempat tinggal kami sekeluarga yang layak. Saya tidak pernah didata oleh pemerintah desa soal bantuan pemerintah daerah yang ditujukan kepada warga masyarakat kurang mampu. Sedangkan, rumah saya hanya beratap terpal, beralas pasir. Saya punya tanah 15×20 direncanakan bangun rumah, tetapi impian itu hanya sebatas mimpi karena ekonomi saya tak mampu menunjang. Saya tidak pernah dapat bantuan perahu ketinting untuk melaut. Sekali lagi Saya harap ada bantuan dari pemerintah Boltim,” ungkap Hendri dengan mata berkaca-kaca.