Example floating
Example floating
SULAWESI UTARA

Desa Sawai, Miniatur Venezia di Pulau Seram Maluku

×

Desa Sawai, Miniatur Venezia di Pulau Seram Maluku

Sebarkan artikel ini
detiKawanua.com – Ketika Anda berkunjung ke Provinsi Maluku, mampirlah sejenak ke Desa Sawai, desa yang konon merupakan desa tertua di seluruh daratan Maluku. 
Bicara mengenai tuanya desa Sawai tidak lepas dari asal muasal
terbentuknya desa untuk pertama kali. Memang tidak ada literatur resmi
yang menyebutkan tahun pasti desa ini terbentuk, namun masyarakat
setempat mengatakan bahwa Desa Sawai pertama kali dibangun oleh para
pedagang Arab yang datang ke pulau Seram jauh sebelum masa Spanyol,
Portugis, bahkan Belanda datang ke Seram untuk memonopoli rempah-rempah.
Oleh sebab itu, tidak heran bila budaya masyarakat Desa Sawai juga
banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan Arab seperti musik gambus, baju
gamis, bahkan banyak warga desa yang memiliki hidung mancung dan wajah
seperti orang Arab.
Untuk mencapai Desa Sawai, Anda akan dihibur dengan suara burung yang bersahutan di antara pepohonan hutan Taman Nasional Manusela. Sebuah papan penujuk jalan akan mengarahkan Anda untuk berbelok dari jalan
trans Seram menuju jalan yang lebih kecil. Dari kejauhan Anda akan melihat beberapa atap rumah
dengan berbagai macam warna. Tiba di Desa Sawai, pemandangan pedesaan semakin membius untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang desa indah ini.
Mayoritas penduduk Desa Sawai adalah nelayan yang menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan. Biasanya mereka mencari ikan tidak hanya dengan cara memancing, namun juga menggunakan sebuah tradisi yang bernama Kalawai. Kalawai adalah cara menangkap ikan dengan menggunakan tombak khusus yang umumnya dilakukan pada malam hari. Selain nelayan, para penduduk Desa Sawai juga banyak yang berkebun di wilayah sekitar desa. Adapun hasil perkebunan mereka adalah Palawija dan buah-buahan.
Di desa ini, ada satu parit kecil yang menyita perhatian. Parit tersebut memang kecil, namun digunakan untuk banyak aktifitas seperti mencuci bahkan mandi. Lebih terkejutnya lagi, ternyata bagian pinggir parit yang berbatas langsung dengan perumahan warga ini, telah dipercantik dengan ubin keramik sehingga sekilas kami sedang menyaksikan miniatur sungai di Venezia, Italia. 
Semakin menyusuri parit, Anda akan  menemukan sebuah kolam besar di tengah desa yang merupakan sumber air tawar dari bukit di batas belakang Desa Sawai. Banyak anak kecil yang bermain air di tempat ini, sedangkan ibu mereka mencuci baju dan berbagai perabot rumah tangga. Rupanya, sumber air bersih ini merupakan pusat kehidupan desa Sawai yang sudah menghidupi desa ini sejak dahulu kala. Warga desa sangat menghormati keberadaan mata air ini dan mereka menggunakan sumber air ini secara bertanggung jawab dan bersama-sama.
Desa Sawai adalah desa yang sangat unik dan memiliki banyak sekali daya tarik. Jalan-jalan di Desa Sawai ini kami lanjutkan hingga ke alun-alun tengah Desa, disana terlihat satu Masjid besar yang menjadi pusat ibadah seluruh warga desa. Keberadaan Masjid ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Sawai beragama Islam dan hal ini semakin meyakinkan kami tentang kebenaran sejarah nenek moyang penduduk Sawai yang berasal dari Arab. Rumah-rumah di Desa Sawai pun tampak berbeda dari desa modern pada umumnya. Perpaduan arsitektur Mediterania dan Eropa, tampak menonjol pada bangunan rumah-rumah penduduk Sawai. Namun, sayangnya keunikan ini kurang dijaga sehingga banyak bangunan yang sudah terlihat usang.
Terakhir, Anda sampai di sebuah dermaga yang merupakan dermaga utama Desa Sawai. Biasanya para nelayan berlabuh di dermaga ini dan menurunkan hasil tangkapannya di dermaga ini. Banyak anak-anak yang bermain di dermaga, mereka sangat fasih melompat dengan berbagai gaya ke dalam air. Mulai dari anak umur 5 tahun hingga para pemuda yang sudah berumur belasan tahun, semua memiliki kemampuan atraksi melompat dari dermaga ke dalam air. Wajah mereka tampak sangat bahagia dan terlihat menikmati hidup mereka.

Desa Sawai tidak hanya desa tua yang unik, namun juga tampak sangat bahagia dengan apa adanya kondisi penduduknya. (*/idk/vkg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *