Gubernur SHS saat menerima pemberian Gelar Adat Papua.
Manokwari, detiKawanua.com – Setelah mendapat gelar Kebangsawanan dari Keraton Surakarta pada tahun 2011 lalu, kali ini Gubernur Sulut DR. Sinyo Harry Sarundajang (SHS) mendapat gelar adat Papua oleh kepala suku Arfak Dominggus Mandacan sebagai salah satu suku terbesar di Manokwari, Selasa (30/06).
Diiringi tarian adat Arfak dan disaksikan ribuan orang, Mandacan mengalungkan mani-mani dan Gubernur Papua Barat Abraham Atururi memahkotai topi khas Papua di kepala SHS.
SHS dinilai sebagai salah satu tokoh terbaik Indonesia Timur. Gubernur SHS dianggap berjasa membangun hubungan yang baik serta menjaga anak-anak Papua yang berada di tanah Minahasa.
Gubernur SHS saat menerima pemberian Gelar Adat Papua.
Sebaliknya pada kesempatan itu, Gubernur Papua Barat Abraham Octavianus Atururi juga diberi gelar adat Minahasa Tonaas Wangko Um Banua oleh K3 Manokwari yang diketuai Frans Wagey.
Diketahui, kunjungan SHS yang didampingi Ibu Deetje Sarundajang Laoh Tambuwun, dan rombongan ke Manokwari dalam rangka menghadiri undangan HUT Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) ke-44 dan peringatan Hari Kepahlawanan Sam Ratulangi yang dilaksanakan di gedung wanita, Manokwari.
Dalam pemberian gelar adat pada Atururi tersebut, SHS sendiri diminta khusus K3 Manokwari untuk memakaikan baju adat Minahasa, ikat pinggang dan topi kepada Abraham Atururi, sebagai Gubernur yang menjaga warga kawanua di Papua.
Tali persaudaraan antara Papua dengan Minahasa Sulut semakin erat dengan pemberian gelar adat kedua belah pihak.
Dalam sambutannya SHS mengatakan Gubernur Papua Barat adalah sahabat yang terus saling mengisi berbagai hal positif. “Selain itu gelar adat yang diberikan merupakan suatu kebanggaan saya, keluarga dan masyarakat Sulut,” ungkap SHS seraya menyatakan kepahlawanan Samratulangi merupakan sesuatu yang sangat dibanggakan dan menjadi panutan bagi warga Sulut dan Papua.
Kesempatan itu SHS berpesan kepada warga Kawanua di Papua agar terus menjaga kerukunan yang ada, sambil mengimplementasikan falsafah Sitou Timou Tumou Tou (Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain) di bumi Cendrawasi yang diakuinya lebih kaya dari bumi Nyiur Melambai.
SHS juga menjelaskan soal Otonomi Khusus Papua dan keberadaan Papua yang turut berpengaruh dalam perubahan iklim karena memiliki hutan terbesar kedua di dunia.
Sejumlah kepala SKPD Pemprov Sulut yang turut hadir.
Karo Pemerintahan dan Humas DR Jemmy Kumendong MSi mengatakan, acara peringatan Hari kepahlawanan Sam Ratulangi dan HUT ke-44 K3 Manokwari, seperti mempertemukan dua bersaudara.
“Atraksi kesenian dari dua daerah ini yang ditampilkan silih berganti membuat acara begitu semarak. Unima Choir dan atraksi tari dari Ikatan Wulan Waraney Minahasa yang di datangkan khusus memukau penonton,” tambah Kumendong dalam gelaran acara yang juga turut dihadiri Wagub Papua Barat Irene Manibui dan jajaran.
Turut hadir mendampingi SHS , Ibu Deetje Sarundajang, Asisten II Drs Sany Parengkuan, Ir Kadis PU Edy Kenap, Kadis Perhubungan Joy Oroh, Kadis Pariwisata Ir H Korah, Kadis BLH Edwin Silangen SE, Karo Hukum Marsel Sendoh SH. (Adv)