Example floating
Example floating
SULAWESI UTARA

ARTIKEL. Lebaran: Terapi Modernistis* (bagian 2)

×

ARTIKEL. Lebaran: Terapi Modernistis* (bagian 2)

Sebarkan artikel ini
Oleh: Jalaluddin Rakhmat

Diagnosis Modernistis

detiKawanua.com – Modernistis tidak ada dalam kamus kedokteran (atau kamus apa pun). Ini hanyalah istilah yang saya pergunakan untuk menunjuk sejumlah penyakit (sindrom?) yang terdapat pada manusia modern. Penyakit-penyakit itu boleh jadi berasal dari biaya ekonomi, sosial, maupun psikologis yang harus dibayar untuk menebus modernitas. (baca juga: ARTIKEL. Lebaran: Terapi Modernistis*)

W. Arthur Lewis, dalam The Theory of Economic Growth, menyebut beberapa penyakit akibat biaya ekonomi ketika masyarakat mengalami modernisasi. Semangat ekonomi akan membawa orang kepada materialisme. Pertumbuhan ekonomi – di samping menumbuhkan individualisme – juga meruntuhkan struktur sosial yang sudah mapan. Individu disibukan dengan tanggung jawab terhadap dirinya dan melupakan tanggung jawabnya kepada keluarga, kaum, atau kampung halamannya. Masyarakat industri memerlukan keterampilan baru yang cocok dengan masyarakat yang berorientasi kepada teknologi. Akibatnya, keterampilan lama menghilang. Karena setiap teknologi membawa nilai-nilainya yang khas, kehadiran teknologi baru juga menghilangkan nilai-nilai lama. Manusia modern tercerabut dari nilai lama, tetapi belum memahami nilai-nilai baru. Mereka meninggalkan dunia lama, sementara dunia baru belum lahir. Mereka menjadi limbung, kehilangan pegangan, dan kebingungan. Mekanisasi melahirkan “manusia yang diperbudak jam” (a slave of clock) yang perilakunya diregimentasi, dipecah-pecah, dan dilepaskan dari keseluruhan makna. Theodore Roszak menyebutkan gejala ini sebagai otomisasi kepribadian – “automatization of personality”.

Lewis Yablonsky menyebut manusia-manusia modern ini sebagai “robopaths” (yang menjadi judul bukunya sekaligus). Robopath telah kehilangan spontanitas dan kreativitas. Mereka menjadi mesin yang secara ritual terikat pada kegiatan yang monoton. Pagi hari bangun, mandi, dan makan pagi. Setelah itu pergi ke kantor untuk mengerjakan pekerjaan yang itu-itu juga. Sore hari pulang, melakukan hal yang sama. Kegiatan itu berulang kembali setiap hari. Mereka, kata Yablonsky, bukan lagi manusia. Pada hakikatnya, mereka robot-robot, yang digerakkan secara massal oleh para pemegang kebijakan – baik pejabat maupun konglomerat.

Biaya psikologis memang berjalin-berkelindan dengan biaya ekonomis dan juga biaya sosial. Pembangunan yang berjalan cepat telah menyingkirkan sejumlah keterampilan, menghilangkan sejumlah besar lapangan pekerjaan, bahkan telah menggusur rumah dan lingkungan. Sarana-sarana kehidupan kota – seperti pasar swalayan dan jalan layang – tumbuh sejalan dengan kehadiran perkampungan kumuh dan zona-zona kejahatan. Konglomerat bertambah, begitu pula orang melarat. Untuk sejumlah besar orang, modernisasi telah mengerdilkan manusia di hadapan tank-tank baja birokrasi dan industri. Mereka menjadi tidak berdaya (powerless) dan teralienasi.

Lalu apa hubungannya pembicaraan tentang modernistis – yang sangat teoritis ini – dengan makna lebaran? (bersambung)

Dikutip dari Buku “Islam Aktual”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *