Tahuna, detikawanua.com – Masalah ikan yang dibuang ke laut pasca hasil tangkap masyarakat nelayan akhir-akhir ini menjadi perbincangan sejumlah kalangan.
Direktur Politeknik Negeri Nusa Utara (Polnustar) Tahuna Prof Dr Ir Frans Gruber Ijong angkat bicara terkait pembuangan ikan ke laut oleh nelayan.
Menurut Ijong, kejadian ini sangat disayangkan bila terulang kembali. Untuk itu dirinya berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dalam hal ini Dinas tekinis dapat melakukan interfensi lebih, sehingga kekayaan laut Sangihe dapat dikelola secara maksimal dan tidak mubasir.
“Yang perlu kita bangun sekarang adalah infralstrukur dasar, yaitu pabrik es, penyimpangan dan pembekuan untuk ikan yang dikenal dengan cool storage. Yang sebenarnya ini sudah ada dan ini merupakan upaya dari Pemerintah, cuman yang saya lihat itu paksial,” ucap Ijong.
Dia menyarankan, masyarakat harus tahu mengelola ikan, agar ikan itu tetap digunakan.
“Bagi masyarakat dapat mampu menerapkan teknologi, diantara pembuatan ikan asap (fufu) ataupun ikan asin,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Toko Muda asal Sangihe Rony Serang terkait hasil tangkapan masyarakat yang berujung dibuang ke laut.
Serang menjelaskan, Dinas Kelautan dan Perikanan selaku liding sektor dapat melakukan terobosan dalam menyediakan pasar. Sementara disisi lain masyarakat harus dibekali cara pengawetan.
“Hal ini menjadi PR bagi Dinas Kelautan dan Perikanan agar menaruh perhatian betul. Karena Pemerintah Puasat sudah berkomitmen untuk mengembalikan ini, bagaimana menanggapi hasil tangkapan berlimpah seperti ini, berarti hal yang harus dilakukan menyediakan es, karena masyarakat kewalahan untuk pengawetan,” tandas Serang.
Terpisah Asisten Ekonomi Setda Sangihe Ben Pilat menyatakan, jadi untuk kapasitas Pelabuhan Perikanan di Dagho itu hanya bisa menampung 8 ton saja, dari hasil tangkapan yang diberikan oleh pemasok tetap baik itu ikan mahal maupun ikan murah.
“Memang kami akui yang menjadi kendala terkait hal ini adalah kekurangan es. Padahal, beberapa waktu lalu banyak sarana prasarana yang dibangun. Sekarang kami berharap masyarakat menggunakan industri rumahan,” kata Pilat, Salasa (18/6/2019).
Terkait dengan ikan yang di buang ke laut Dirinya juga ikut prihatin, tetapi dengan terjadinya hal seperti ini, dapat memberikan edukasi kepada masyarakat nelayan khususnya. Bahwa mencari es bila kembali dari laut maka ini adalah prosedur yang salah.
“Karena dalam kualitas menjaga mutu ikan, sebelum pergi melaut es batu harus disiapkan, dikarenakan penanganan hasil tangkapan diatas kapal sangat menentukan terjaganya mutu ikan” beber Pilat.
Memang kemarin di Dagho ada beberapa ikan yang dibuang ke laut. Sebenarnya ini jangan dibuang, ada juga beberapa nelayan seperti di Ngalipaeng yang jatahnya 2 ton perhari dan melebihi jatah, hasil tangkapan tersebut diberikan kepada masyarakat disana.
“Jadi ada oknum yang menjual dan ditolak itu karena dia bukan pemasok tetap, dia menjual di Tahuna dan balik lagi ke Dagho. Sementara penangnaan pasca tangkap ini keliru,” jelasnya.
“Dan sayangnya mereka tidak memberikan kepada masyarakat Dago dan selitarnya entah dijual murah ataupun diberikan cuma-cuma, tetapi mereka lebih memilih untuk dibuang,” sambung dia.
Yang dia harapakan, dengan segala keterbatasan sarana prasarana infrakstruktur khususnya pabrik es, dia harapkan masyarakat juga perlu mengetahuinya.
“Sedangkan untuk Alat Beku Sementara (ABS) ini kami sedang berupaya apakah lewat Pemerintah Daerah, Pusat maupun imfestor, dan bagaimana meningkatkan kapasitas dari ABS tersebut,” kuncinya. (js)