Tahuna, detikawanua.com – Pasca meninggalnya dua orang anak akibat wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sangihe pada pekan ini, berbagai keluhan sekaligus nada miring terhadap instansi teknis terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan terus mengalir. Sebagian besar masyarakat menyatakan pengananan penyebaran wabah DBD lamabn dan diduga telah terjadi pembiaran.
Padahal menurut Arno Tamaweol warga Kelurahan Manente Kecamatan Tahuna kasus DBD mulai terjadi bulan Oktober 2018 lalu dan mengalami peningkatan secara signifikan ke bulan-bulan selanjutnya.
“Data yang ada sejak bulan Oktober 2018 adalah 14 kasus, November 2018 meninfkat menjadi 18, hingga bulan Desember 2018 meningkat lagi menjadi 25 kasus. Dan nanti dilakukan foging perdana pada 5 Desember 2018. Jelas ini adalah bentuk pembiaran yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku lembaga yang paling bertanggungjawab”, ungkap Tamaweol.
Bahkan di bulan Januari 2019 wabah DBD juga belum tuntas dengan 9 kasus yang terjadi bahkan telah menewaskan 2 penderita. “Foging belum juga dilakukan. Apa harus menunggu jatuh korban lagi?”, jelasnya kembali.
Olehnya Tamaweol meminta agar Dinas Kesehatan segera melakukan foging di semua wilayah yang menjadi endemyk DBD bahkan wilayah-wilayah yang punya potensi akan penyebaran DBD.
“Nyawa masyarakat khususnya anak-anak saat ini terancam dan perlu penanganan serius”, pinta Tamaweol.
Terpisah Kepala Dinas Kesehatan Sangihe Joppy Thungari justru menyatakan akan melakukan foging nanti pada awal pekan depan. “Kami akan segera melakukan foging nanti mulai senin pekan depan”, singkatnya. (js)