detiKawanua.com – “Pasca reformasi, lembaga-lembaga pemerintahan kita di daerah
maupun pusat masih dalam suasana konsolidasi dan perbaikan fungsi dan
kewenangan”, ungkap Dr. Ir. Hetifah, MPP pada kegiatan sosialisasi pilar
kebangsaan di Gedung Rektorat Universitas Borneo Tarakan (UBT), (Sabtu,
18/06) pekan kemarin.
maupun pusat masih dalam suasana konsolidasi dan perbaikan fungsi dan
kewenangan”, ungkap Dr. Ir. Hetifah, MPP pada kegiatan sosialisasi pilar
kebangsaan di Gedung Rektorat Universitas Borneo Tarakan (UBT), (Sabtu,
18/06) pekan kemarin.
Kegiatan yang mengangkat tema Sosialisasi Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, diketahui, diselenggarakan atas
kerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UBT.“Oleh karena itu, kita perlu menghayati lagi pilar-pilar
kebangsaan seperti Pancasila, UUD 1945, konsep NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam. Keempat pilar ini merupakan pedoman penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Intinya, banyak hal yang belum kita aplikasikan. Saya juga
berharap mahasiswa terlibat aktif”, kata anggota DPR-MPR RI ini.
Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, diketahui, diselenggarakan atas
kerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UBT.“Oleh karena itu, kita perlu menghayati lagi pilar-pilar
kebangsaan seperti Pancasila, UUD 1945, konsep NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam. Keempat pilar ini merupakan pedoman penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Intinya, banyak hal yang belum kita aplikasikan. Saya juga
berharap mahasiswa terlibat aktif”, kata anggota DPR-MPR RI ini.
Hetifah juga menyinggung soal daya saing generasi muda di kancah
global. “Kita lihat di dunia kerja saat ini, banyak tenaga kerja dari luar
sehingga makin menambah jumlah pengangguran terutama dari alumni-alumni kita di
berbagai perguruan tinggi,” katanya.
global. “Kita lihat di dunia kerja saat ini, banyak tenaga kerja dari luar
sehingga makin menambah jumlah pengangguran terutama dari alumni-alumni kita di
berbagai perguruan tinggi,” katanya.
Kita perlu merumuskan kembali rencana pendidikan kita. Sayangnya,
Anggaran tahun 2016 ini lebih banyak ke Hankam. “Inilah sebagian dari masalah internal yang kita hadapi saat ini.
Banyak situasi sekarang yang menjadi tantangan dalam implementasi pilar-pilar
kebangsaan. Selain itu juga masalah-masalah eksternal sebagai imbas persentuhan
kita dengan fenomena globalisasi. Seperti intervensi kebijakan kita oleh kekuatan
global melalui UU investasi, dll”, tambahnya.
Anggaran tahun 2016 ini lebih banyak ke Hankam. “Inilah sebagian dari masalah internal yang kita hadapi saat ini.
Banyak situasi sekarang yang menjadi tantangan dalam implementasi pilar-pilar
kebangsaan. Selain itu juga masalah-masalah eksternal sebagai imbas persentuhan
kita dengan fenomena globalisasi. Seperti intervensi kebijakan kita oleh kekuatan
global melalui UU investasi, dll”, tambahnya.
Terkait UUD 1945, Hetifah mengatakan bahwa pengaturan kehidupan
berbangsa dan bernegara pasca amandemen sudah sangat baik. Misalnya, pengaturan
soal HAM yang lebih luas, keterbukaan informasi, regulasi ekonomi yang lebih
terbuka, di sektor kesehatan seperti pemberlakuan BPJS. “Sebagai bangsa,
kita punya satu tujuan bersama”, terangnya.
berbangsa dan bernegara pasca amandemen sudah sangat baik. Misalnya, pengaturan
soal HAM yang lebih luas, keterbukaan informasi, regulasi ekonomi yang lebih
terbuka, di sektor kesehatan seperti pemberlakuan BPJS. “Sebagai bangsa,
kita punya satu tujuan bersama”, terangnya.
Secara terpisah, pembicara kedua, dr. H. Khairul, M. Kes (Sekda Kota
Tarakan), menegaskan bahwa bicara 4 pilar kebangsaan, kita perlu pahami dulu
arti pilar. “Pilar dapat kita pahami sebagai tiang utama penyangga,
misalnya sebuah bangunan rumah. Jika bangsa kita adalah rumah besar, maka
Pancasila, UUD 1945, konsep NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika inilah yang menjadi
pilarnya,” jelasnya.
Tarakan), menegaskan bahwa bicara 4 pilar kebangsaan, kita perlu pahami dulu
arti pilar. “Pilar dapat kita pahami sebagai tiang utama penyangga,
misalnya sebuah bangunan rumah. Jika bangsa kita adalah rumah besar, maka
Pancasila, UUD 1945, konsep NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika inilah yang menjadi
pilarnya,” jelasnya.
Ia melanjutkan, Sejak awal, NKRI memang majemuk. Banyak suku, agama, dan beragam
produk kebudayaan kita. Sebuah keberagaman yang seringkali dipakai penjajah
untuk memecah-belah kita. Politik kolonial memang mau bangsa ini tidak satu.
Ini diwariskan secara tidak sadar dari generasi ke generasi. Munculnya rasa
saling curiga yang tak jarang berujung pada konflik horizontal
dimana-mana.
produk kebudayaan kita. Sebuah keberagaman yang seringkali dipakai penjajah
untuk memecah-belah kita. Politik kolonial memang mau bangsa ini tidak satu.
Ini diwariskan secara tidak sadar dari generasi ke generasi. Munculnya rasa
saling curiga yang tak jarang berujung pada konflik horizontal
dimana-mana.
Dengan begitu, menurut Khairul, perlu ada pemahaman bersama dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Tarakan ini miniatur Indonesia. Hampir semua suku ada. Dan
memang, ini perlu dipahami sebagai sebuah keniscayaan kehendak Tuhan.
Keberagaman sebagai unsur pemersatu, bukan ancaman. Bukan pula kelemahan.“Keberagaman ini harus kita terima sebagai anugerah dan modal
merajut masa depan masyarakat terbuka, cerdas dan lebih maju,” jelas Ketua
Forum Olahraga dan Rekreasi Masyarakat Indonesia (Formi) Kota Tarakan ini.
dan bernegara. Tarakan ini miniatur Indonesia. Hampir semua suku ada. Dan
memang, ini perlu dipahami sebagai sebuah keniscayaan kehendak Tuhan.
Keberagaman sebagai unsur pemersatu, bukan ancaman. Bukan pula kelemahan.“Keberagaman ini harus kita terima sebagai anugerah dan modal
merajut masa depan masyarakat terbuka, cerdas dan lebih maju,” jelas Ketua
Forum Olahraga dan Rekreasi Masyarakat Indonesia (Formi) Kota Tarakan ini.
Untuk itu, ada berbagai pendekatan yang dapat kita gunakan dalam
menumbuhkan kesadaran dan implementasi empat pilar kebangsaan. “Seperti pendekatan
lewat pendidikan, pendekatan hukum, dan pendekatan struktural. Tetapi yang
lebih penting, kita perlu memberikan keteladanan dalam kehidupan
sehari-hari”, kunci pak dokter Khairul. (Tri Saleh)
menumbuhkan kesadaran dan implementasi empat pilar kebangsaan. “Seperti pendekatan
lewat pendidikan, pendekatan hukum, dan pendekatan struktural. Tetapi yang
lebih penting, kita perlu memberikan keteladanan dalam kehidupan
sehari-hari”, kunci pak dokter Khairul. (Tri Saleh)