detiKawanua.com – Nusantara ini didiami ribuan suku dengan keragaman yang tiada duanya, sangat otentik dan memiliki kearifan lokal di dalam identitas kehidupan mereka. Tapi ada satu kesamaan, dari Sabang sampai Merauke, rumah adalah sebuah tempat privasi yang dimiliki oleh setiap individu, keluarga, atau kelompok tertentu.
Bicara mengenai rumah adat, di Provinsi Maluku terdapat suku asli yang mendiami wilayah utara Pulau Seram, yang memaknai rumah adat miliki arti penting bagi eksistensi di dalam kehidupan, bahkan menjadi kebutuhan utamanya selain sandang dan pangan. Mereka bernama Suku Huaulu.
Sejak masa lalu, rumah adat mereka yang disebut Baileo ini, menjadi salah satu hal yang paling menonjol dari kehidupan di pemukiman Huaulu. Baileo, bagi suku yang masih berkerabat dekat dengan Suku Naulu yang menempati wilayah Selatan Pulau Seram, menjadi tempat diadakannya pertemuan desa.
Untuk mendirikan Baileo, Suku Huaulu harus mengadakan sebuah upacara adat. Konon, dalam ritual ini sebuah Baileo harus menggunakan tengkorak manusia yang merupakan musuh-musuh suku Huaulu yang telah mati, sebagai pondasi utama dari tiang-tiang di seluruh bangunan. Namun, seiring perkembangan zaman, ritual ini pun diganti dengan sebuah tempurung kelapa pada setiap tiangnya.
Pada masa lalu, Baileo juga biasa dijadikan sebagai rumah Raja atau Kepala Desa dan juga tempat beribadah. Mereka biasa mengadakan pertemuan terkait kehidupan warga atau bahkan pembicaraan mengenai strategi perang melawan musuh-musuh mereka. Namun dalam kehidupan modern, fungsi Baileo sama seperti Balai Desa. Warga desa Huaulu biasa melakukan rapat desa dan berbagai upacara adat di Baileo. Baileo memang bukan rumah tinggal warga, namun dari bentuk umum Baileo, kita juga akan mendapatkan gambaran rumah tradisional Suku Huaulu.
Secara umum, Baileo berbentuk seperti rumah panggung. Baileo memiliki banyak tiang penyangga yang biasanya diberi hiasan ukiran yang menunjukkan bahwa Baileo merupakan rumah istimewa dibandingkan rumah lainnya. Menaiki sebuah tangga berukuran sekitar 1,5 meter dan kita akan memasuki ruang utama Baileo yang merupakan tempat berkumpulnya seluruh warga desa. Tempat ini cukup besar dan terbuka tanpa adanya penyekat jendela atau pintu. Tempat duduk yang sangat panjang terdapat di sekeliling bagian dalam bangunan dan dapat digunakanakan untuk berbagai hal seperti duduk, rapat, bahkan makan besar secara bersama-sama. Di salah satu sudut Baileo, terdapat satu ruangan yang biasa dijadikan ruangan privasi berupa kamar tidur. Uniknya, kamar tidur ini tidak sekedar difungsikan sebagai tempat istirahat layaknya rumah modern. Suku Huaulu juga menggunakan ruangan ini untuk memasak dan kegiatan rumah tangga lainnya.
Bentuk umum inilah yang juga ditiru oleh tempat tinggal warga lainnya. Secara umum, rumah Suku Huaulu hanya terdiri dari dua bagian. Satu bagian yang terbuka dan bersifat sosial dan bagian lainnya lebih tertutup untuk segala macam kegiatan privat keluarga. Rumah Huaulu sangat bersahabat dengan alam karena terbentuk dari material alami seperti kayu, bambu, dan atap rumbia. Bahkan ada beberapa rumah yang sama sekali tidak menggunakan paku untuk menyatukan satu bagian dengan bagian lainnya. Rumah Huaulu memberikan satu pelajaran kepada kita tentang bagaimana bersahabat dengan alam melalui sebuah bangunan.
Suku Huaulu adalah suku asli Maluku yang sangat dihormati oleh seluruh penduduk Pulau Seram. Walaupun banyak yang menyebutkan bahwa mereka dahulu adalah kanibal, namun kenyataannya di masa modern ini mereka adalah pribadi yang ramah, senang bercanda dan sangat menghormati alam. Suku Huaulu memang tidak terlalu terbuka terhadap perubahan modern, namun mereka sangat mencintai damai dan berusaha menerima siapapun yang ingin mengenal mereka lebih dekat lagi. Suku Huaulu adalah contoh sejati kearifan lokal yang dimiliki Maluku dan perlu untuk dijaga kelestariannya dari hari ini hingga masa depan Indonesia tercinta. (**/dkc)
Editor: vkg