Pengunjung yang berkunjung ke tempat ini, tidak hanya berasal dari warga Kota Manado saja. Namun, pengunjung juga datang dari berbagai daerah yang ada di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Moses (38), warga Desa Arakan, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), contohnya. Saat diwawancarai detiKawanua.com, Moses mengaku, dirinya datang ke Kota Manado tidak lain untuk menikmati suasana malam pergantian Tahun di Jambatan tersebut.
“Kota Manado kan rame kalo mo pergantian Taong. Jadi, meski jao dari Arakan, kita rela korbankan tenaga. Apalagi, skarang kan soada Jembatan Soekarno yang menjadi ikon Kota Manado,” kata Moses dengan loghat kental Manado, meski sering kaget karena bunyi petasan dari segalah arahnya.
Bila berdiri di atas Jembatan yang panjangnya 1, 127 m, dan berbanderol Rp 300 Miliar, di malam hari, pemandangan Kota Manado nampak indah dan menyejukkan hati.
“Jujur, ada di tampa ini, bekeng hati sanang,” tambah Moses dengan senyum.
Meski demikian, terpantau, hanya beberapa lampu penerang jalan dan Jembatan yang dipasang oleh Pemerintah Kota (Pemkot). Sehingga, “kecantikan” Jembatan Ir. Soekarno dapat terlihat jika pengunjung langsung ke titik tengah Jembatan.
Sekedar untuk diketahui, Jembatan Ir. Soekarno mulai dibangun sejak Tahun 2003. Meski sempat mandeg selama beberapa tahun, Jembatan ini akhirnya dapat terselesaikan di Bulan Mei, Tanggal 28, Tahun 2015. (Taufiq Murit)