Minahasa, detikawanua.com – Komunitas Peduli Pemilu dan Sahabat Pemilu (KPPSP) Kabupaten Minahasa bekerjasama dengan Mawale Cultural Centre dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Sulawesi Utara (AMAN Sulut) menggelar diskusi dengan topik Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Minahasa dan Indonesia.
“Diskusi Komunitas ini dilakukan secara rutin untuk membahas segala hal tentang pemilu. Selain saling berbagi pengetahuan, diskusi ini juga menghasilkan rumusan-rumusan sebagai sumbangsih bagi penyelenggara pemilu dan masyarakat,” ujar Lefrando Andre Gosal, Ketua KPPSP Kabupaten Minahasa, usai diskusi yang di gelar di Kelurahan Wawalintowan, Kecamatan Tondano Barat, Rabu (05/04/2017).
“Minahasa adalah pioneer demokrasi di Indonesia. Dalam diskusi tadi terungkap bahwa sejarah pemilihan langsung di Indonesia pertama kali dilaksanakan di Minahasa,” jelas Gosal yang juga menjabat sebagai Ketua BPH AMAN Sulut
“Kita tidak hanya mewarisi satu atau dua tradisi kaitannya dengan tradisi politik di indonesia. Di mulai dari Budi Utomo 1908, zaman kebangkitan nasional yang melahirkan ekologi budaya di Indonesia dengan kekuasaan feodal dan kekuasaan kolonial,” kata Kaunang, yang juga sebagai Ketua Dewan Pakar AMAN Sulut.
“Jika demokrasi yang dimaksud adalah demokrasi dalam bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, konsep demokrasi itu bisa ditemukan di Minahasa. Egaliter yang terkandung dalam prinsip demokrasi, jelas merupakan salah satu nilai budaya yang melekat pada masyarakat Minahasa,” ujar pegiat budaya di Mawale Cultural Center ini.
Dijelaskannya, penghancuran itu sejak tahun 1825. Di masa itu, Residen J Wensel mengeluarkan sebuah program yang disebut dengan “pemerintahan modern”. Dua sasaran utama Wensel dalam program itu adalah Instelling in the Minahasa (instelling in der Minahasa Raad) yaitu rencana perubahan susunan keanggotaan Dewan Minahasa dan penataan susuanan pemerintahan desa. (*/Sandy)