Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud, dr Kerry Monangin.
Talaud, detiKawanua.com – Berdasarkan hasil kajian epidemologi kasus demam berdarah dengue ( DBD ) yang terjadi selang Januari hingga Mei 2018. Diperoleh gambaran epidemologi, yaitu terjadinya peningkatan kasus DBD yang bersifat sporadik dengan akan kejadian terbanyak pada – anak atau mencapai 6 kasus, perubahan iklim hujan – panas berkolerasi dengan perkembangbiakan nyamuk aedes agepty sebagai vektor pembawa virus DBD, pengendalian dan pemberantasan vektor nyamuk aedes berhubungan erat dengan lingkungan dan perilaku masyarakat itu sendiri.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud, dr Kerry Monangin, Senin (11/6).
“Sehubungan dengan itu kepada masyarakat diimbau untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan masing – masing melalui kegiatan 4 M Plus dua kali seminggu,” ujar Kadinkes.
Monangin menjelaskan 4 M Plus yang dimaksud adalah menguras tempat – tempat penampungan air seperti bak mandi, vas bunga, tempat penampungan air kulkas dan lain – lain agar telur nyamuk aedes mati, menutup semua wadah tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah, mengubur atau memusnahkan semua barang bekas yang dapat menampung air agar tidak menjadi tempat bertelur dan berkembangbiak nyamuk, memamntau semua tempat – tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk melalui kerja bakti massal di lingkungan tempat tinggal.
“Sedangkan untuk Plusnya adalah jangan menggantung baju di dalam rumah, menghindaru gigitan nyamuk dengan menggunakan lotion anti nyamuk, membubuhkan bubuk pembunuh jentik aedes seperti abate, dan memelihara ikan,” jelas Monangin
Menurutnya fogging atau pengasapan bukan solusi terbaik untuk pemberantasan nyamuk aedss, karena fogging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkN telur atau jentik nyamuk tidak dapat dibasmi.
“Kenali tanda tanda DBD. Penyakit ini sangat menular dan bisa menyebabkan kematian. Oleh karenanya sejak dini masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan DBD,” tandasnya.(RhojakFM)
