inilah yang membuat pemerintah kota menaruh perhatian yang serius terhadap potensi Selat Lembeh, sehingga dibuatlah Festival Selat Lembeh yang telah dilaksanakan setiap tahun sebagai program Kota Bitung. Pada tahun 2016 ini, pemerintah mencoba lebih maksimal lagi terhadap pelaksanaan iven ini dengan melakukan launching di ibukota Jakarta. Ini dilakukan agar pelaksanaannya bisa lebih meriah dan tujuan paling utama adalah kehadiran turis/pengunjung dalam skala yang lebih besar lagi. Kita perlu memberikan apresiasi karena dengan perjuangan dari pemerintah akhirnya Festival Selat Lembeh ini akan menjadi agenda pariwisata nasional yang tentunya akan memberi dampak positif bagi Kota Bitung.
Kondisi geologi Selat Lembeh yang unik serta bentuk geometrik selat yang khas menyerupai mulut corong, mengalirkan arus laut bolak-balik yang kuat dari Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik. Karakter arus bolak-balik ini menyebabkan efek Eutrofikasi yang membawa nutrisi dari substrat batuan vulkanik yang kaya mineral sebagai bahan makanan yang berlimpah bagi berbagai makhluk yang hidup di dasar selat. Oleh sebab itu, sangat logis jika Selat Lembeh memiliki makhluk-makhluk dasar laut yang bentuk fisiknya tidak lazim, langka, unik dan mempesona serta beberapa spesies eksotis yang tidak terdapat di perairan lainnya.
Opini yang berbeda di kalangan masyarakat tentu bisa kita maklumi sebagai sebuah dinamika yang tidak bisa dihindari, mengingat pelaksanaan launching telah memberangkatkan pejabat-pejabat yang menjadi mesin dari roda pemerintahan di kota Bitung. Sebagaimana yang diketahui lurah, kepala sekolah, sebagian kepala seksi dan kepala bidang serta seluruh kepala dinas, terbang ke ibukota mengikuti hajatan ini, yang secara otomatis melumpuhkan kegiatan pemerintahan kota selama beberapa hari.
Persoalan kedua pengeluaran anggaran dari perjalanan dinas tidak sedikit yang digelotorkan sementara bagi sebagian masyarakat mengganggap ini hanyalah menghambur-hamburkan uang apalagi ada persoalan kritis yang belum terselesaikan, yakni honorarium kepala lingkungan dan ketua rukun tetangga yang belum terbayarkan selama 4 bulan.
Hal ini menjadi sangat miris karena melalui surat kabar yang saya ikuti, pemerintah beralasan tidak ada anggaran untuk itu, sementara dalam APBD Perubahan 2016 menyediakan dana untuk kegiatan Festival Selat Lembeh termasuk anggaran perjalanan dinas dari pelaksanaan soft launchingnya.
Panitia bersama pemerintah kota harus kerja ekstra di sisa waktu yang tidak panjang lagi menjelang iven akbar ini. Pelaksanaan launching di ibukota harus benar-benar dijadikan kesempatan bagi semua yang hadir untuk melaksanakan promosi yang tidak hanya sekedar hadir, tapi membantu melakukan promosi mulut ke mulut kepada setiap orang yang dijumpai di sana dan bukan hanya untuk menebar pesona diri sebagaimana yang terpantau di media sosial melalui foto-foto. Hasilnya harus bisa diukur dengan nilai investasi yang telah dikeluarkan karena hari ini masyarakat tidak bodoh lagi untuk melihat dan menilai setiap kebijakan pemerintah yang diambil, karena semua itu menggunakan uang rakyat.
Pelaksanaan iven ini jangan hanya dilakukan untuk mengejar prestasi dan prestise kota serta pejabat kota semata, namun harus bisa memberikan hasil dan manfaat yang besar bagi masyarakat Kota Bitung secara umum. Seusai lauching, siapapun yang hadir dengan menggunakan anggaran perjalanan dinas dari kas daerah harusnya punya beban untuk wajib menyukseskan kegiatan puncak nanti.
Selain itu, sebagai usulan, pemerintah dapat menggandeng tenaga-tenaga teknologi informatika atau siapa saja yang memiliki situs dan blog bahkan akun media sosial untuk melakukan promosi secara online terus menerus sebelum pelaksanaan festival nanti. Promosi online memiliki efek viral yang sangat besar dalam hal promosi dan itu harus dilakukan bila tujuannya untuk menarik pengunjung, yang bukan hanya pada saat pelaksanan festival saja tetapi mampu mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan lokal dan internasional datang ke Bitung setelah pelaksanaan festival nanti.