Example floating
Example floating
SULAWESI UTARA

Memaknai Hari Raya Qurban

×

Memaknai Hari Raya Qurban

Sebarkan artikel ini
Oleh: Taufani, MA

detiKawanua.com – Sebentar lagi, umat Islam di seluruh dunia akan merayakan suatu momen penting dan bersejarah yakni hari raya Qurban. Mengapa dikatakan hari raya Qurban? Karena peristiwa ini dilatarbelakangi oleh kisah pengorbanan seorang Nabi untuk membuktikan rasa cinta dan pengabdiannya pada Tuhan yang telah menciptakannya.
Alkisah, suatu ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Tuhan untuk menyembelih anak kesayangannya yakni Ismail (Ishak dalam ajaran Kristen) yang kelak menjadi cikal bakal ahirnyaNabi Muhammad SAW. Ketika Ibrahim diperintahkan menyembelih anaknya, ia dengan penuh kerelaan menyetujui apa yang diperintahkan oleh Allah, walaupun ia diliputi oleh kesedihan. Sebelum menyembelih anaknya, Ibrahim terlibat dalam dialog singkat dengan anaknya: “Bolehkah aku menyembelihmu duhai anakku tersayang?” Ismail menjawab: “Boleh ayah karena itu adalah perintah langsung dari Allah. Lakukanlah.” Ketika Ibrahim sudah hendak menyembelih Ismail, Allah secara tiba-tiba menganugerahkan seekor domba (biri-biri) pada Ibrahim sehingga Ismail batal untuk disembelih. Peristiwa ini yang menandai lahirnya hari raya Qurban.
Sesungguhnya, ada banyak pelajaran yang bisa kita petikdari momen historis tersebut. Pertama, bahwa pada zaman itu masih terdapat banyak suku yang sering mengorbankan manusia sebagai sesajen agar dapat merayu dan membujuk alam agar tidak murka. Kehadiran Islam yang membawa misi rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam) adalah untuk meluruskan penyimpangan dari kebiasaan buruk yang dilakukan orang terdahulu.
Dipilihnya hewan ternak seperti domba dan unta untuk dikurbankan karena hewan tersebut merupakan simbol kemewahan pada zamannya. Peng-kurban-an pada manusia kemudian diganti menjadi peng-kurban-an pada hewan. Hal ini tidak lain sebagai bentuk penghargaan dan pemuliaan Islam terhadap posisi manusia sebagai makhluk yang paling mulia di sisi Tuhan. 
Kedua, bila dihubungkan dalam konteks kekinian, menjamurnya praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang dan jabatan tidak dapat dipisahkan dari adanya rasa cinta yang terlalu berlebihan kepada anak dan keluarga. Kecintaan tersebut mengalahkan rasa cinta kepada Tuhan. Praktik korupsi menjadi tak terelakkan dewasa ini, salah satunya disebabkan oleh adanya nafsu untuk memenuhi segala keinginan anak dan keluarga agar mereka dapat menjadi lebih terhormat di tengah masyarakat.   
Ketiga, adanya hari raya Qurban diharapkan mampu mengajarkan kita akan pentingya menghidupkan semangat berkorban dan memberi (to sacrifice and to give), karena manusia saat ini cenderung lebih suka meminta daripada memberi, bahkan tak malu mengambil segala sesuatu yang bukan miliknya. 
Keempat, kita diharapkan dalam setiap derap langkah kita untuk menjunjung tinggi sikap hidup demokratis yang mengedepankan dialog sebagaimana yang terekam dalamcerita Ibrahim dan Ismail di atas.
Memang kelihatannya mudah untuk diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan bukan? Selamat Hari Raya Idul Adha (Qurban). Mohon maaf lahir dan batin.
***
Profil Penulis
Taufani lahir di Ujung Pandang tanggal 17 April 1987. 
Alumni Program Master Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS) UGM ini, sekarang berprofesi sebagai dosen pada IAIN Manado. Selain aktif di kampus, Taufani juga aktif sebagai Pengurus Lesbumi NU Sulut. Penulis memiliki hobi membaca, jalan-jalan, dan wisata kuliner. 
Penulis dapat dihubungi melalui email: taufani@iain-manado.ac.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *