Manado, detiKawanua.com – Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Utara menerima dua ekor satwa
langka jenis yaki (macaca nigra). Kedua yaki atau kera hitam tersebut, merupakan hadiah
kepala dinas Kemendikbud Sulut dari warga di daerah Bolaang Mongondow.
langka jenis yaki (macaca nigra). Kedua yaki atau kera hitam tersebut, merupakan hadiah
kepala dinas Kemendikbud Sulut dari warga di daerah Bolaang Mongondow.
Dua ekor yaki atau
kera hitam, diterima pihak Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) provinsi Sulawesi Utara.
kera hitam, diterima pihak Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) provinsi Sulawesi Utara.
Satwa
langka ini, milik Magdalena yang merupakan aparatur sipil negara (ASN) di Kemendikbud Sulawesi Utara.
langka ini, milik Magdalena yang merupakan aparatur sipil negara (ASN) di Kemendikbud Sulawesi Utara.

Meski mengetahui
hewan tersebut dilindungi, namun pemilik kera belum menyerahkan
langsung ke pihak BKSDA, karena baru mengetahui prosedurnya.
hewan tersebut dilindungi, namun pemilik kera belum menyerahkan
langsung ke pihak BKSDA, karena baru mengetahui prosedurnya.
“Begitu tahu, saya langsung mengontak pihak BKSDA Sulut, bahwa memiliki dua ekor hitam,” ujar Magdalena.
Kedua kera hitam
sulawesi tersebut, diterima oleh kepala BKSDA Sulut, melalui prosesi
penyerahan yang dilanjutkan dengan penandatanganan surat.
sulawesi tersebut, diterima oleh kepala BKSDA Sulut, melalui prosesi
penyerahan yang dilanjutkan dengan penandatanganan surat.
Usia kera hitam
tersebut, diperkirakan berumur dua hingga tiga tahun. Dimana kedua satwa terlihat
sangat agressif dan sehat. “kedua yaki tersebut tampak sehat dan agresif saat kami dekati,” ujar Sudiono.
tersebut, diperkirakan berumur dua hingga tiga tahun. Dimana kedua satwa terlihat
sangat agressif dan sehat. “kedua yaki tersebut tampak sehat dan agresif saat kami dekati,” ujar Sudiono.
Pihak BKSDA selanjutnya akan melakukan penangkaran selama beberapa waktu, guna melatih
kemampuan adaptasi satwa tersebut di alam bebas.
kemampuan adaptasi satwa tersebut di alam bebas.
Hal tersebut
disebabkan pola hidup keduanya yang mulai terbiasa dengan lingkungan manusia. “Rencananya kami akan menangkar terlebih dahulu kedua yaki tersebut, setelah beradaptasi baru kami lepas ke alam, guna mengantisipasi serangan yaki lainnya, karena hewan tersebut hidup berkelompok dalam komuninya,” tambah Sudiono. (ibA)
disebabkan pola hidup keduanya yang mulai terbiasa dengan lingkungan manusia. “Rencananya kami akan menangkar terlebih dahulu kedua yaki tersebut, setelah beradaptasi baru kami lepas ke alam, guna mengantisipasi serangan yaki lainnya, karena hewan tersebut hidup berkelompok dalam komuninya,” tambah Sudiono. (ibA)