detiKawanua.com – Otoritas Arab Saudi mengeksekusi mati 47 orang yang didakwa atas terorisme, salah seorang di antaranya adalah ulama Syiah terkemuka bernama Nimr al-Nimr. Keputusan tersebut, benar-benar menyulut ketegangan dengan Iran. Kedubes Arab Saudi pun dibakar.
Sesaat setelah aksi pembakaran Kedubes Arab Saudi di Teheran, aksi protes terhadap Arab Saudi langsung menyebar. Aksi protes terjadi di Iraq, Bahrain, Pakistan, Kashmir India dan Lebanon. Di tengah perang yang sedang berlangsung di Suriah dan Yaman, eksekusi Nimr ini semakin memisahkan negara dengan paham Syiah di Timur Tengah dengan negara penganut Sunni.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Seyyed Ali Khamenei mengatakan bahwa Tuhan pun tak akan mengampuni Arab Saudi yang telah mengeksekusi seorang ulama Syiah terpandang.
“Pertumpahan darah dari martir ini akan memiliki konsekuensi yang cepat,” kata Khamenei kepada ulama di Teheran seperti dikutip AFP, Senin (04/01).
“Tuhan tidak akan mengampuni … Itu akan menghantui para politisi dari rezim ini.”
Di Irak, pimpinan keagamaan menyatakan kemarahannya atas Arab Saudi. Ayatollah Sistani menyebut eksekusi yang dilakukan Arab Saudi adalah “ketidakadilan dan bentuk agresi”. Sementara ulama yang lain, Mohammed Taqi al-Mudaressi, mengatakan itu adalah “deklarasi perang” melawan Syiah.
Sementara itu, mitra Arab Saudi, yakni Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Kuwait dan Yaman menyerukan dukungannya. Menurut mereka, eksekusi mati adalah hak pemerintah Arab untuk menanggulangi teror.
dari satu dekade untuk belajar teologi di Iran. Dia adalah kekuatan di
balik protes anti-pemerintah di timur Arab Saudi pada tahun 2011.
Dia
dieksekusi pada Sabtu (02/01) bersama dengan 46 orang lain yang didakwa
melakukan teror. PBB telah menyatakan kekhawatirannya atas buntut dari
eksekusi mati ulama Syiah itu.