Example floating
Example floating
SULAWESI UTARA

Valentine’s Day ; Dalam Pusaran Sejarah dan Perilaku Anak Muda Kekinian

×

Valentine’s Day ; Dalam Pusaran Sejarah dan Perilaku Anak Muda Kekinian

Sebarkan artikel ini

Penulis adalah Guru SMA Negeri 2 Dumoga

Syahrul, S. Pd.
“Penuhi Cawanmu Dengan Cinta Yang Tidak Pernah Berubah.
 Penuhi ia Dengan Cinta Abadi. 
Cinta Yang Dimurnikan Dengan Penderitaan Duniawi, 
Sebab Kelak Akan Mendapat Berkah Cahaya Abadi.” 
(Laila Majnun)
Al Kisah, Sewaktu masih kecil Husain Bin Abi Thalib (Cucu Rasulullah Saw) bertanya kepada Ayahnya, Imam Ali Bin Abi Thalib. 
“Ayah, Apakah engkau mencintai Allah?”
Imam Ali menjawab, “Ya, Tentu!”
Lalu Husain kecil bertanya lagi, “Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?” (maksudnya Rasulullah Saw)
Imam Ali kembali menjawab, “Ya, tentu saja!”.
Husain kecil bertanya lagi, “Apakah engkau juga mencintai Ibuku?”
Lagi-lagi Imam Ali menjawab, “Ya, Tentu saja aku mencintai ibumu”
Husain kecil kembali bertanya, “Apakah engkau juga mencintaiku?”
Imam Ali tersenyum dan menjawab, “Ya, tentu saja aku juga mencintaimu!” Terakhir kali Husain kecil bertanya,”Ayahku, bagaimana bisa engkau menyatukan begitu banyak cinta di dalam hatimu?”
Imam Ali kemudian menjelaskan kepada puteranya yang sangat dicintainya itu, “Wahai Anakku, pertanyaanmu hebat ! Ketahuilah, cintaku pada kakek dari ibumu (Nabi Saw), ibumu (Fathimah) dan kepadamu sendiri adalah karena cintaku kepada Allah. Karena sesungguhnya semua cintaku itu adalah cabang-cabang cintaku kepada Allah Swt. ”
Mengawali tulisan ini saya mengutip kisah diatas tentang pemaknaan atas nama Cinta, Cinta yang  Abadi dan Cinta yang Hakiki, yang seyogyanya kita sebagai Anak Cucu Adam patut mencontohi dan menjadikannya sebagai pelajaran dalam memaknai arti Cinta yang sesungguhnya. Tanggal 14 Februari selalu diidentikkan dengan perayaan Cinta dan Hari Kasih Sayang, pada hari tersebut berbagai macam cara dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan rasa cintanya pada orang terkasih dan mereka biasa menyebutnya dengan hari Valentine. Di berbagai Daerah, Hari Valentine terkadang bisa menjadi sumber pendapatan dengan promosi – promosi yang dilakukan dalam menyambut hari Valentine ini. Tak dapat kita pungkiri saat ini mayoritas pemuda – pemuda kita menyambut hangat bulan februari ini, bulan yang tergolong istimewa dimata mereka, hal ini didukung dengan banyaknya jargon – jargon dan iklan untuk memeriahkan hari valentine ini, yang lebih menggenaskan adalah sikap para remaja dalam rangka memperingati hari Valentine ini, yang seharusnya bisa disikapi secara positif, justru perayaan Valentine ini menghasilkan banyak perilaku menyimpang oleh para pemuda. Kasih sayang dan cinta disimbolkan dengan sebatang coklat, bunga mawar dan surat cinta. Belum lagi dengan budaya seks bebas dalam perayaan ini, yang seingat saya, tahun sebelumnya dalam menyambut hari Valentine ini beredar Coklat yang berhadiahkan kondom bagi pembelinya.    
Valentine’s Day yang kini dimaknai sebagai hari kasih sayang tidak muncul dan diperingati begitu saja. Terdapat beberapa versi tentang asal usul lahirnya Valentine’s Day. Versi Pertama, bahwa sejarah Valentine’s Day bermula dari sebuah kepercayaan di Eropa, kepercayaan kuno ini menyebutkan bahwa cinta burung jantan dan burung betina mulai bersemi pada tanggal 14 Februari. Burung – burung memilih pasangannya pada hari itu, berdasarkan kepercayaan kuno dikalangan masyarakat Eropa kala itu, lalu kemudian mereka menganjurkan agar pemuda – pemudi memilih pasangannya di hari yang sama seperti berseminya cinta burung jantan dan betina. Apalagi dalam bahasa perancis Normandia terdapat kata Gelantine yang berarti cinta. Persamaan bunyi antara Galentine dan Valentine inilah dijadikan dasar penetapan hari kasih sayang.
Versi Kedua, menghubungkan Valentine’s Day ini dengan seorang pendeta. Menurut beberapa ahli sejarah bahwa Valentine’s Day diadopsi dari nama seorang pendeta bernama Saint Valentine. Dia ditangkap oleh Kaisar Claudius II karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al – Masih. Dia juga menolak menyembah Tuhan – Tuhan Romawi, Kaisar lalu memerintahkan agar Dia dipenjara dan pada akhirnya dijatuhi hukuman gantung. Orang – orang yang bersimpati kepadanya lalu menulis surat tentang kecintaan mereka kepada Doa Sang Pendeta. Surat itu kemudian dipajang dan diikatkan di terali bekas penjaranya. Sehingga 14 Februari dihubungkan dengan keguguran Saint Valentine sebagai Seorang martir Atau Pejuang Agama.
Adapun Versi Ketiga, mengacu pada sebuah pesta yang dilakukan oleh orang – orang Romawi Kuno yang disebut dengan Lupercalia. Inilah versi terkuat yang diyakini kebenarannya hingga detik ini, perayaan Lupercalia merupakan rangkaina pengsucian di masa Romawi Kuno. Upacara yang khusus dipersembahkan untuk mengenang dan mengangungkan Dewi Cinta (Queen Of Faverish Love) yang bernama Juno Februata. Dalam pesta tersebut, yang dilaksanakan di tanggal 14 Februari para pemuda mengambil nama Gadis di sebuah kotak secara acak, nama gadis yang diambilnya tadi kemudian menjadi pendampingnya selama setahun untuk bersenang – senang.
Maka tak salah kalau kita katakan bahwa pemuda zaman sekarang mengalami proses perubahan sosial menuju perubahan yang liberal, baik dalam pemahaman maupun perilaku kekinian yang di pertontonkan di hari Valentine ini yang tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan barat yang merubah secara totalitas perilaku sosialnya yang terkadang bersembunyi di ketiak kebudayaan atas nama cinta dan kasih sayang. Mirisnya lagi perilaku anak muda kita telah merambah masuk dalam dunia pendidikan tidak sedikit korban dari kebudayaan liberal ini berasal dari siswa yang berada pada tingkat pendidikan SMP dan SMA, menurut penelitian yang dilakukan Komnas pada tahun 2008 menemukan bahwa 62,7 % remaja SMP  sudah tidak perawan serta 21,2 % mengaku pernah menjalani Aborsi dan menurut Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa dari 2,4 juta aborsi pada tahun 2012, dilakukan oleh remaja usia pra nikah atau Tahap SMP dan SMA. 
Dalam upaya memperbaiki keadaan yang berlangsung ini, tentunya peran keluarga dan individu saja tidaklah cukup, harus juga ada upaya pemerintah untuk bisa melindungi generasi muda bangsa, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melarang para pemudanya untuk merayakan kegiatan atau perayaan yang berbau seks bebas dan perilaku liberal yang dapat menjerumuskan generasi muda bangsa tersebut, bahkan jika mungkin larangan itu diperkuat dengan landasan hukum. Dan di Beberapa Daerah ternyata ada kepala daerahnya yang melarang perayaan hari Valentine, mereka memilki alasan tersendiri agar Valentine tak dirayakan di daerah yang mereka pimpin sebut saja kepala – kepala daerah tersebut yang berani mengambil kebijakan yang dianggap tidak populer ini, antara lain Tri Risma Harini (Walikota Surabaya), Nur Mahmudi Ismail (Walikota Depok), Danny Pomanto (Walikota Makassar), Mahyeldi Ansarullah (Walikota Padang), dan Illiza Sa’adudin Djamal (Walikota Banda Aceh), sehingga besar harapan saya agar Pemerintah Daerah Se – Bolaang Mongondow Raya berani mengambil sikap yang sama mengikuti jejak Pemimpin Daerah yang lain sebagai upaya penyelamatan Generasi Penerus Bangsa.
Wallahu’alam Bissawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *