Manado, detikawanua.com – Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), salah satu kampus ternama di Indonesia Timur, kembali tercoreng skandal.
Kali ini, dugaan kebocoran akun Sistem Naskah Dinas Elektronik (Sinde) menjadi sorotan tajam publik.
Skandal ini semakin menegaskan lemahnya kepemimpinan Rektor Unsrat, Prof. Bertie Sompie, yang dinilai tidak mampu menjaga integritas dan keamanan data sistem administrasi kampus.
Kebocoran akun Sinde Unsrat bukan sekadar persoalan teknis, melainkan mencerminkan ketidakmampuan Rektor dalam mengelola institusi akademik sebesar Unsrat.
Sistem yang seharusnya hanya diakses oleh pihak berwenang justru bocor, memungkinkan informasi sensitif beredar ke pihak luar.
Bahkan, laporan dugaan tindak pidana korupsi yang mencapai Rp47,5 miliar mencuat setelah data ini bocor.
Kegagalan dalam mengamankan akun Sinde menimbulkan pertanyaan besar: seberapa bobrok sistem administrasi Unsrat di bawah kepemimpinan Prof Bertie Sompie? Jika data sepenting ini bisa bocor, bagaimana dengan data mahasiswa, keuangan kampus, atau informasi akademik lainnya? Apakah Unsrat benar-benar dikelola dengan standar yang layak?
Bobolnya sistem SINDE UNSRAT bisa berdampak pada Nasib para Dosen dan ASN yang bekerja di Unsrat.
Oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab yang memiliki akses ke SINDE UNSRAT dapat memanfaatkanmya untuk memberikan informasi palsu kepada lembaga lembaga resmi pemerintah Indonesia terkait para Dosen dan ASN.
Tentu saja apa bila hal ini terjadi akan merugikan masa depan dosen dan ASN yang bekerja di Unsrat bahkan seluruh civitas akademika Unsrat.
Seorang alumni Unsrat mengecam keras skandal ini dan menuntut Rektor bertanggung jawab atas kebocoran data.
Salah satu alumni Unsrat, menegaskan bahwa jika informasi yang cukup sensitif tersebut bisa bocor, bagaimana dengan informasi lainnya, ini akan mengancam seluruh civitas akademika Unsrat, sementara pelapor dugaan korupsi bahkan bukan bagian dari tim admin akun SINDE Unsrat tersebut.
“Akun Sinde adalah sistem internal kampus. Bagaimana bisa bocor ke pihak luar? Ada apa dengan manajemen kampus di bawah kepemimpinan prof. Sompie?” ujarnya dengan nada kecewa.
Lebih jauh, alumni tersebut juga mempertanyakan mengapa Jantje Tengko bisa mendapatkan akses ke data rahasia Unsrat.
Mereka menduga adanya permainan internal yang menunjukkan bahwa kepemimpinan Rektor tidak kompeten dalam menjaga sistem keamanan kampus.
Kegagalan menjaga keamanan data bukanlah masalah sepele. Ini adalah bukti bahwa Rektor Unsrat tidak layak memimpin kampus sebesar Unsrat.
Jika sistem administrasi kampus saja tidak mampu dikelola dengan baik, bagaimana bisa ia menjamin kualitas pendidikan dan masa depan mahasiswa?
Alumni tersebut mendesak agar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Komisi X DPR RI untuk turun tangan.
Mereka meminta evaluasi menyeluruh terhadap kepemimpinan Rektor Unsrat, bahkan tidak menutup kemungkinan agar Prof. Sompie dicopot dari jabatannya.
“Jika Unsrat ingin tetap dihormati sebagai kampus unggulan di Indonesia Timur, kepemimpinan yang lemah seperti ini harus segera dievaluasi,” tegas salah satu alumni yang enggan disebut namanya.
Kini, mata publik tertuju pada rektorat Unsrat. Apakah Prof. Sompie akan mempertanggungjawabkan kegagalannya atau tetap bersembunyi di balik jabatan?.
Satu hal yang pasti, kepercayaan publik terhadap Unsrat sedang runtuh, dan tanggung jawab sepenuhnya ada di tangan Rektor.