Nampak, sejumlah siswa-siswi SMP, SMA dan SMK di Bone Bolango saat mengikuti kegiatan jelajah cagar budaya makam Raja Blongkod di Kecamatan Tapa, dan Monumen Permesta di Kecamatan Suwawa Selatan, Rabu (16/2/2022). (F.AKP/Diskominfo)
Bone Bolango, detiKawanua com – Terkait untuk pelestarian sejarah dan budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Gorontalo mengedukasi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Bone Bolango. Edukasi ini dikemas dalam bentuk sosialisasi Undang-Undng Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya di Aula LPMP Gorontalo dan jelajah cagar budaya makam Raja Blongkod di Tapa serta Monumen Permesta di Suwawa Selatan, pada Rabu (16/2/2022).
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo, Mohammad Natsir mengatakan, tujuan dilaksanakan kegiatan ini untuk memberikan pengalaman dan pemahaman langsung kepada para siswa agar, mereka bisa memahami dengan baik sejarah peninggalan budaya daerah. “Ini penting, untuk dilestarikan dalam rangka membangun identitas dan icon daerah baik itu secara lokal maupun secara kewilayahan,” jelasnya.
Tentang kebudayaan, lanjut dikatakan Mohammad Natsir bahwa, sudah tegas diatur oleh negara dalam Undanh-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang peninggalan berbentuk material dan Undang-Udang Nomor 5 Tahun 2017 tentang peninggalan berbentuk non benda. “Saya kira negara sudah cukup mengakomodir, landasan pelaksanaan tugas fungsi negara dalam rangka membangun kebudayaan,” ujar Mohammad Natsir.
Ia berpesan, kepada para siswa supaya pembangunan kebudayaan ini tidak berhenti pada sekedar memahami, tetapi bagaimana selanjutnya mampu mengapresiasi budaya itu dengan memberikan penghargaan, menginternalisasi terkait dengan nilai penting dari budaya dan sejarah itu sendiri.
Saya berharap, pembangunan kebudayaan juga bisa bernilai ekonomi karena ini sangat penting dan bisa menjadi pilihan pekerjaan untuk para generasi muda, sehingga akan menjadi bagian juga dalam hal pembangunan.
“Contohnya, kemarin ada festival Polopalo di Bone Bolango dengan secara tidak langsung, ini menggerakan para pembuat baju adat dan alat musik polopalo karena sebagian besar para peserta menggunakannya,” terangnya.
Ia juga mendorong, agar model pembelajaran terkait sejarah dan budaya ini juga lebih baik dilaksanakan di luar kelas dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada, sehingga tidak membosankan bagi para siswa.
(Indra/AKP/Tim/IKP/Humas/Kominfo/Mfd)