Oleh karena itu, sementara dari wujud engkau adalah mikrokosmos, pada hakekatnya engkau makrokosmos.
…
Karena itu Muhammad bersabda, “Adam dan seluruh Nabi berbaris di belakangku di bawah benderaku.”
(Jalaluddin Rumi)
(Jalaluddin Rumi)
detiKawanua.com – [ ] (dibaca: himpunan kosong), sebuah simbol matematika yang anggotanya tidak ada.
Dari simbol inilah (setahu saya), Lafran Pane dan kawan-kawan menamai organisasi HMI yang saat ini kalian kelola. Para awwalun lebih ‘sreg’ memakai kata himpunan dari pada kata yang memiliki makna sejenis bagi organisasi yang berdiri 5 Februari 1947 di Yogyakarta tersebut.
Hanya kata himpunan yang ‘menghargai’ ketiadaan. Sinonim himpunan lainnya, cenderung menegasikan liyan (the other, yang lain), terutama antonim-nya. Bila di-oposisi biner-kan, (selain himpunan) semua selalu dibenturkan. Aktif-pasif, satu-kosong, gerak-diam, ikat-lepas, dan sebagainya.
Dengan filosofi simbol matematika [ ] tersebut, berhimpun artinya mengakui pembedaan dan perbedaan dalam setiap insan yang bernaung di bawah panji HMI (bahkan pasca HMI). Atau dengan kata lain, ber-HMI artinya menumbuhkan perjuangan serta mengembangkan perkaderan. Berhimpun harus bertumbuh dan berkembang, berhimpun pasti perjuangan dan perkaderan. Dan ini yang utama.
Karena tak ada yang abadi dan dominan dalam dunia yang fana ini, dengan ber-HMI kita dituntut dan dituntun meyakini proses. Dari awal menjadi akhir, kosong menjadi satu, tiada lalu ada, baru lalu tua, akar ke buah, mikrokosmos ke makrokosmos.
Mengutip syair ‘Manusia Makrokosmos’-nya Jalaluddin Rumi, “Tampaknya ranting itu sumber buah; padahal ranting itu tumbuh demi buah. Jikalau bukan karena mengharap buah, mengapa tukang kebun menanam pohon? Maka pada dasarnya pohon itu lahir dari buah, meski tampaknya ia dihasilkan oleh pohon”, berhimpun memikul beban ‘kita adalah buah yang akan menghasilkan pohon baru’. Kita saat ini yang dipercayakan mengelola HMI, berkewajiban mewariskannya pada generasi gemilang di masa mendatang.
Mungkin Anda masih ragu dengan kemampuan Anda. Tapi (setahu saya), tak ada yang mustahil ketika kita berada di himpunan. Ada banyak karunia dan keajaiban ketika kita mengelolanya dengan ikhlas. Karena kita tidak sendiri, semesta ikut berjuang mewujudkan utopia kita. Karena kita sesungguhnya bukan hanya mikrokosmos, melainkan makrokosmos itu sendiri.
Yakinlah, ber-HMI adalah rahmat bagi ruang rindu, syahadah bagi semesta sayang, cahaya bagi catatan cinta, harapan bagi hidup himpunan. Semoga. ***
Indra Asiali
Manado, 15 Oktober 2018