Logo KPU dalam Pilkada Minahasa 2018.
Minahasa, detiKawanua.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Minahasa resmi me-launching logo ikan Payangka, sebagai logo resmi dalam Pilkada Minahasa 2018. Launching dilaksanakan disaat pembukaan Raker Penyusunan Pedoman Teknis Tahap II yang digelar di Hotel Swiss Bell Maleosan Manado, Jumat (11/08).
Launching dilakukan oleh Komisioner KPU sulut Ardiles Mewoh dengan disaksikan lima komisioner KPU Minahasa. Mewoh selaku ketua Divisi Hukum KPU Provinsi Sulawesi Utara, dalam sambutannya mengapresiasi peluncuran logo beserta Raker yang melibatkan stakeholder.
“Ini merupakan wujud pilkada yang kredibel sebagaimana harapan yang nampak di logo, di mana Payangka sendiri diberi arti: PilkadA YANG Kredibel dan Aman,” ujarnya.
Adapun alasan pemilihan ikan Payangka sebagai ikon utama logo Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Minahasa Tahun 2018, dijelaskan oleh Ketua KPU Minahasa Meydi Tinangon, bahwa Payangka sebagai penunjuk karakter lokal yang memiliki manfaat besar bagi masyarakat, dan karenanya harus dilestarikan, sebagaimana juga demokrasi elektoral (sistem demokrasi dengan pemilihan pemimpin oleh rakyat) yang menjadi karakter lokal/ kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Minahasa;
“Eksistensi Payangka di Danau Tondano di mana ikan ini mampu bertahan atau eksis dalam kompetisi maupun perubahan lingkungan danau, sejalan dengan eksistensi nilai-nilai luhur demokrasi di tanah Minahasa. Sekalipun bergabung dalam satu negara yang memiliki latar belakang sistem pemerintahan berbeda, namun akhirnya sistem demokrasi di Indonesia tetap eksis,” jelasnya.
Masih dikatakan Tinangon, lokalitas demokrasi Minahasa mampu menjadi karakter nasional, yang dalam logo ini dikiaskan dengan bendera merah putih. Fekunditas (kemampuan bertelur) ikan Payangka yang besar dan kumpulan ikan Payangka kecil yang bergerombol banyak, mengandung arti harapan akan partisipasi pemilih yang meningkat dalam Pilkada Minahasa, di mana masyarakat akan berduyun-duyun datang ke TPS ibarat nike yang berenang bergerombol dalam jumlah besar.
“Harapan akan partisipasi pemilih ditunjukan dengan simbol payangka yang memegang paku dan surat suara dan menyampaikan kata ajakan: Marijo bapilih! Nike atau Payangka kecil, memiliki sifat hidup kolektif, bergerombol dan berkumpul juga menunjuk kepada sifat kolektif kolegial KPU sebagai penyelenggara Pemilihan. Puncak pemijahan Payangka di bulan Juni, sejalan dengan bulan pelaksanaan Pilkada yaitu Juni Tahun 2018,” pungkasnya.
Ikan Payangka yang memiliki nama ilmiah (scientific name) Ophieleotris aporos, Bleeker merupakan salah satu ikan yang menjadi ciri khas Danau Tondano bahkan menjadi kebanggaan masyarakat sekitar Danau Tondano. Saat ini, nilai ekonomis Payangka telah berkembang dimana dari sebelumnya hanya dihidangkan di meja makan keluarga, kini Payangka telah menjadi hidangan restaurant.
Payangka, sejatinya bukan ikan asli Danau Tondano. Ikan ini diintroduksi di Danau Tondano pada tahun 1902 dari Danau Limboto, Gorontalo (eks, Provinsi Sulawesi Utara). Karena sudah lama diintroduksi ke dalam Danau Tondano dan mampu bertahan bahkan menjadi spesies dominan, sehingga masyarakat menganggap Payangka sebagai ikan asli Danau Tondano.
Yang menarik dari eksistensi Payangka di Danau Tondano adalah kemampuannya bertahan di tengah kompetisi dengan ikan-ikan yang lain, yang bahkan sebagian telah hilang atau hampir mengalami kepunahan lokal. Kemampuan Payangka untuk bertahan hingga saat ini disebabkan karena variasi makanan Payangka sangat luas dan relative tidak ada pesaing untuk makanan yang sama.
Selain kemampuan memanfaatkan makanan, payangka memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, kemampuan ini antara lain: mampu memijah sepanjang tahun yang puncaknya pada bulan Juni, September dan Desember, dengan produksi telur rata-rata sekitar 30.000-60.000 butir tiap individu, dan masing-masing individu dapat bertelur minimal dua kali dalam setahun.
Anak ikan Payangka disebut Nike. Merupakan fase juvenil (anak ikan yang memiliki bentuk tubuh seperti induknya, tetapi lebih kecil dan organ reproduksinya masih dalam perkembangan sehingga belum berfungsi/ individu yang masih muda) dari Payangka. Penggunaan kata ‘nike’ di tempat lain menunjuk pada kumpulan ikan kecil dari berbagai spesies. Nike (Payangka kecil) memiliki sifat hidup kolektif/bergerombol/berkumpul.
Potensi ancaman ikan Payangka adalah degradasi lingkungan Danau Tondano dan introduksi spesies asing dan spesies eksotik yang memiliki relung (niche) misalnya kesamaan makanan dan kebutuhan bio-ekologis lainnya serta spesies predator. (*/Sandy)