Example floating
Example floating
SULAWESI UTARA

Menikmati Alam Bebas

×

Menikmati Alam Bebas

Sebarkan artikel ini
Manado, detiKawanua.comBerawal dari sebuah warung kopi
yang terletak persis didepan Gedung para Wakil Rakyat tempat dimana saya dan
rekan-rekan se-profesi (kulit tinta) beraktivitas, setiap harinya kita
berkelahi dengan waktu di tempat ini, mulai dari dalam sampai keluar Gedung.
Entah waktu sidang soal rakyat, ataupun sidang soal apa saja. Kali ini,
perbincangan saya dan beberapa teman sambil mencicipi kopi khas tante Olvi,
masih pada seputar wacana politik, antara lain adalah soal struktur pengurus
partai milik Bapak Prabowo yang telah berhasil mengutus beberapa kadernya duduk
di kursi empuk DPRD Sulut.
“Siapa yang mengisih posisi nomor
dua dalam struktur DPD I”tanya salah satu teman, mengingat ia hanya tahu nama
dari ketua partai tersebut, sementara nama sekertaris sama sekali belum pernah
terdengar ditelinganya. Kebetulan baru diadakan strukturisasi.
“Bilang kata wartawan jago, hele
sek pe nama nda tau,”respon dari teman wartawati dengan dialek Manado sambil
menertawakan sang penanya.
Hari ini tepat tanggal 17 Agustus
2016, hari dimana seluruh masyarakat Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaan
yang ke-71. Suasana yang sangat bersejarah itu sesekali membawah kita dalam
lamunan, betapa mulianya mereka para pejuang meskipun perih terus mengiris
tubuh dan dahaga yang bersarang di tenggorokan tetapi, kobaran semangat untuk
merebut kemerdekaan tetap didalam dada. 
Seiring berjalannya waktu, kini
upaya pejuang yang telah membuahkan hasil itu memasuki usia ke-71. Dan kita
tidak dipaksa untuk sama dengan mereka, kita hanya diharapkan oleh mereka untuk
mempertahankan. Selebihnya, kita hanya sekedar mengisih ruang kemerdekaan itu. Fenomena
saat ini tidak demikian. Bayangkan, hanya sekedar berdiri kurang lebih satu jam
saja selama proses upacara sacral pengibarkan bendera, banyak diantara kita
yang tidak mau luangkan waktu untuk sekedar angkat tangan kanan diatas kening
kala sang saka dinaikan oleh reguh paskibraka.
Kembali ke perbincangan saya dan
teman-teman. Ternyata, topic sudah berubah.
“Aldi, kamu ikut tidak, pergi ke
puncak Bukit Tetempangan?”,tanya teman lain yang duduk dimeja berseberangan. Ternyata,
mereka sudah membicarakan seperti apa kondisi Bukit indah yang terletak di Desa
Pakoa, Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa, Sulut itu yang dihiasi pesona
alam membentang. Dimana, para komunitas pecinta paragliding akan menggelar
upacara pengibaran bendera sekaligus melakukan aksi terbang di udara.
“Oh iya saya mau ikut. Jam berapa
kita kesana?”tanya saya
“petunjuk dari ketua jam 9 beliau
sudah ke lokasih, kita disuru menyusul,”jawabnya.
Beberapa menit kemudian, saat
asyik mendengar cerita yang diiringi canda tawa oleh teman semeja, tiba-tiba
bunyi motor terdengar dari arah belakang. Sanya pun menoleh ke belakang persis ke
arah bunyi mesin. Ternyata kempat teman lain sudah bergegas menujuh Bukit
Tetempangan. Saya kemudian menyusul dengan menghidupkan kuda merah, maksud saya
motor tua merk Vega-R yang akan menemani saya menempuh tingginya tanjakan Bukit
Tetempangan itu.
Meski sedikit melelahkan karena
memaksa kuda merah saya merobek menggonggong bunyi mesinnya, namun pemandangan
yang sebelumnya hanya mengusik penasaran karena belum pernah sekalipun saya menginjak
tanahnya yang menguning itu, apalagi beberapa teman yang sudah pernah berkunjung
dan meng-upload foto di facebook masing-masing dengan berlatar pemandangan
pegunungan. Akhirnya, saya telah sampai juga dan kembali menikmati alam bebas. Episode
penasaran akhirnya, the and.
Ternyata ada ratusan orang yang
sedang menikmati indahnya panorama Bukit ini, sebagian besar dari mereka adalah
warga Desa setempat dan sebagian lainnya adalah para komunitas pecinta
paragliding, tempat ini juga masih sedikit diketahui oleh penduduk pribumi
julukan daerah Nyiur Melambai (Sulut),bahwa terdapat destinasi wisata diatas
puncak yang letaknya persis di kebun cengkih milik Pak Wenny Lumentut. Beliau
adalah Wakil Ketua DPRD Sulut.
Semoga daerah itu terus
dikembangkan sehingga, selain sekedar mengusik kejenuhan masyarakat Desa Pakoa
yang terus diselimuti kesepian. Dipastikan, mereka penduduk desa juga akan
berpeluang meraup keuntungan lewat kehadiran para pengunjung baik dari dalam
juga luar negeri. Apalagi, dalam beberapa pekan ini,
Bumi Nyiur Melambai dengan semboyang sitou timou timou tou terus dibanjiri para
turis. Jalur penerbangan juga terbuka 1×24 jam dari ibu kota Sulut langsung ke
Taiongkok dan Cina pun ada. Apalagi yang kurang?.

Oleh: Rifaldi Rahalus
Jurnalis dan Ketua HMI Cabang Manado

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *