“Kenapa takut kalau anak cowok juga main boneka. Asal orang tua tetap menanamkan pada anak, peran laki-laki itu seperti apa sesuai norma, begitu juga dengan peran perempuan itu bagaimana,” kata Ajeng, beberapa waktu lalu.
“Kalau anak bilang aku suka main boneka ini soalnya cantik, gali lagi ‘oh kamu sebagai cowok suka ya sama cewek yang cantik. Jangan malah fokus takut ada apa-apa karena si anak ini suka main boneka perempuan. Lewat boneka perempuan, orang tua kan bisa juga mengajarkan perbedaan peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat,” papar Ajeng.
Senada dengan Ajeng, psikolog perkembangan anak, Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan kesukaan anak laki-laki bermain boneka sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan terutama saat si kecil masih berusia 0-3 tahun. Sebab, dikatakan Vera di usia itu, yang dibutuhkan anak adalah stimulasi yang baik dari berbagai jenis mainan.
“Pastinya mainan yang digunakan harus tepat, terlepas dari pandangan gender yang menempel pada mainan tersebut. Enggak apa-apa anak bermain boneka tapi nanti perannya dibelokin lagi jadi peran laki-laki. Misalnya ‘ Kamu main boneka tapi jadi papanya ya bukan ibu,'” kata Vera.
(*/dtk/vkg)