Manado, detiKawanua.com – Menerima “ancaman” akan dinonaktifkan dari struktur Pengurus DPC PDI-P Kabupaten Minahasa, yang diduga dilontarkan oleh Jantje Wolwiling Sajouw (JWS) terhadap dirinya, Legoh pun menanggapi dengan kepala dingin atas isu tersebut.
“Jika pak JWS bawa basoka, saya bawa senjata angin,” demikian tanggapan Legoh, yang saat ini duduk di kursi DPRD Sulawesi Utara (Sulut).
“Maksudnya, supaya yang keluar dari saya cuma angin jadi tidak akan kena. Artinya, kalau kita kase spoit, enak tu perasaan,” ujarnya, saat ditemui di ruang komisi IV DPRD Sulut, Senin (16/05) kemarin.
Selaras dengan kiasan itu, Dirinya meminta agar JWS dapat berpikir dingin dan berpikir sebagai seorang intelektual. Kata dia, sebagai pemimpin yang punya kearifan yang baik dalam menilai seseorang, tidak perlu emosional tapi lebih rasional.
“Itu yang saya harapkan dari pak ketua (JWS, red). Berpikir rasional dan penuh yang terbaik, rangkul semua sehingga perjalanan pak ketua makin mudah dan mulus,” sebutnya lagi.
Legoh kemudian meluruskan, ‘Minahasa butuh pemimpin baru’ sangat luas maknanya. “Soal Pemimpin baru itu macam-macam maknanya. Bisa baru menjabat, baru total atau pendatang baru, termasuk mengakhiri periode yang lama dan kemudian memasuki periode baru. Terserah pak ketua akan masuk di kategori mana,” jelas Legoh, seraya memastikan jika PDI-P Minahasa tetap solid dan tidak ada keretakan.
Sementara itu, Srikandi PDI-P di DPRD Sulut, Lucia Taoreh membantah anggapan adanya keretakan di tubuh PDI-P Minahasa.
“Sampai sejauh ini PDI-P Minahasa tetap solid di semua tingkatan, baik DPC hingga ke anak ranting,” kata Taroreh yang juga wakil ketua DPC PDI-P Minahasa.
Lanjutnya, soal pemecatan baru didengarnya saat ini, dan belum secara resmi menjadi keputusan partai. “Itu karena belum ada rapat yang secara khusus membahas hal tersebut. Jadi sejauh ini, PDI-P masih tetap solid,” tegas Taroreh. (Aldi)