detiKawanua.com – Baru saja kita dikagetkan dengan adanya ledakan bom dan baku tembak di Jakarta. Hal seperti ini bukan kali pertamanya terjadi di Indonesia. Sudah berulang kali terjadi. Tidak hanya di Indonesia saja tetapi juga di luar negeri. Ada kesamaan hal menarik yang selalu saja dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa seperti ini, agama (Islam) dan teroris. Di luar negeri ada ISIS, Bako Haram, dan lain-lain. Di Indonesia ada kelompok Santoso di Poso dan baru-baru ini kita dengar ada kelompok radikal baru, Gafatar. Kelompok-kelompok seperti ini yang selalu dikaitkan dengan peristiwa bom bunuh diri dan penyerangan bersenjata.
Menjadi aneh ketika aparat keamanan baik di luar negeri ataupun di dalam negeri tidak mampu memberantas kelompok-kelompok yang bisa dibilang minoritas ini. Contohnya Amerika, mereka memiliki pasukan elit keamanan mulai dari SWAT, FBI, CIA dan lainnya. Indonesia punya BIN, Kepolisian yang di dalamnya ada beberapa pasukan elit, begitu juga dengan TNI. Tapi mengapa pasukan elit seperti ini tidak bisa ‘menghabisi’ kelompok-kelompok minoritas radikal tersebut? Seperti yang sama-sama kita ketahui, pasukan elit yang dimiliki Amerika ataupun Indonesia memiliki peralatan yang lebih canggih dibandingkan dengan kelompok tersebut. Mungkin teroris dan sejenisnya memang sengaja dibuat untuk kepentingan politik seperti pengalihan isu yang menyangkut petinggi negara atau bisa dibilang yah seperti ‘proposal proyek teroris‘. Muncul beberapa pertanyaan, darimana persenjataan mereka dapatkan? Siapa yang mensupport dana operasi kelompok-kelompok tersebut?
Dengan adanya peristiwa teror seperti ini, secara otomatis anggaran untuk peningkatan keamanan, perlengkapan persenjataan, dan dana operasional aparat keamanan semakin tinggi. Dengan begitu para petinggi aparat keamanan dan inteligent mendapat bagian dari ‘proposal proyek teroris.’
Seperti halnya dengan pengejaran kelompok terduga teroris pimpinan Santoso di Poso, aparat melakukan operasi pengejaran dengan nama Operasi Camar Maleo I sampe Operasi Camar Maleo IV. Dalam operasi yang dimulai dari Januari 2015 sampai Januari 2016 sudah berapa banyak anggaran negara-negara yang digunakan. Operasi pengerjaran kelompok Santoso akan kembali dilaksanakan dengan Operasi Tinombala. Lagi-lagi uang negara keluar untuk operasi yang gak jelas ini. Toh, hasilnya tetap saja ada kelompok-kelompok radikal yang mengatasnamakan agama dan pihak kepolisian selalu mengatakan ‘kecolongan.’
Pada akhirnya, orang-orang berjanggut panjang yang menjadi sasaran fitnah untuk kepentingan ‘proposal proyek teroris’ dan pengalihan isu ini. Wallahu a’lam bissawab. (#)