Example floating
Example floating
SULAWESI UTARA

(Opini) PILKADES atau PILSANG; Wajah Polos Demokrasi Kita

×

(Opini) PILKADES atau PILSANG; Wajah Polos Demokrasi Kita

Sebarkan artikel ini
Oleh: Syahrul
Desa adalah kekuatan sejati
Negara harus berpihak pada para Petani
Entah bagaimana caranya, Desa Masa Depan Kita
Keyakinan ini datang begitu saja karena Aku tak mau celaka
Di Lumbung kita menabung
Datang paceklik kita tak bingung
Masa panen, masa berpesta
Itulah harapan kita semua …. !!
(Penggalan Lagu “Desa”  yang Dipopulerkan oleh Iwan Fals)

detiKawanua.com – Demokrasi; Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat. Kata-kata ini kembali menggelegar di pelosok-pelosok Desa di Tanah Air kita, INDONESIA. Hal ini dikarenakan adanya Pemilihan Pemimpin Baru di tingkatan Desa sesuai dengan aturan PERMENDAGRI Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa Serentak. Entah apa tujuan Pemerintah membuat aturan ini, Saya tidak mau tahu, karena kali ini saya tidak akan membahas itu, selain karena kapasitas keilmuan saya yang minim di bidang tersebut, saya juga tak ingin terjebak dengan urusan yang pelik dan sedikit membingungkan bagi saya.

Terkhusus Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, tempat Saya dan keluarga berdomisili saat ini, juga ikut berpartisipasi mengadakan Pemilihan Kepala Desa Serentak (Baca : Pemilihan Sangadi, Penyebutan Masyarakat Bolaang Mongondow untuk Kepala Desa). Menurut informasi yang saya dapatkan, dimana ada 95 Desa yang akan menggelar Pemilihan Sangadi di Daerah ini, hiruk piruk Pemilihan di berbagai Desa telah terdengar sangat meriah dan antusias dengan segala bentuk strategi dan intrik yang telah dipersiapkan oleh Tim Pemenangan Calon Sangadi untuk memenangkan kandidatnya masing-masing.

Tepatnya tanggal 15 Desember 2015, Masayarakat Berbondong-bondong menuju tempat pemungutan suara dari pukul 07.00 – 13.00 Waktu Indonesia Timur, Pemungutan suara pun dimulai Panitia Pelaksana Pemilihan Sangadi beberapa hari yang lalu telah mengumumkan baik melalui Rumah – Rumah Ibadah, Acara Pernikahan serta Hajatan Pemerintah dan Masyarakat, Mereka menghimbau kepada masayarakat setempat untuk hadir dan berpartisipasi dalam pergelaran 6 Tahunan ini, demi memilih Calon Pemimpin baru mereka, yang kelak akan membawa Desa menjadi lebih baik kedepannya.

Desa Doloduo Induk, desa yang terletak di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Kecamatan Dumoga Barat, merupakan salah satu desa yang juga ikut menyelenggarakan Pemilihan Sangadi di tahun 2015 ini. Oh Iya .. bagiku desa ini merupakan desa yang cukup unik. Kenapa saya katakan demikian, karena menurut hemat saya desa ini bagaikan Miniatur INDONESIA, dengan keberadaan Tokoh Pemudanya, Tokoh Masyarakatnya, dan Tokoh Politisinya yang tak kalah mumpuni dengan tokoh–tokoh yang ada di negera kita ini. Dengan kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki masing–masing elemen masyarakat ini, membuat Pemilihan Sangadi di Desa ini sangat menarik dan menjadi berbeda dengan Pemilhan-Pemilihan Sangadi di Tempat yang lain.

Antusias dan keterlibatan aktif masyarakat menjadi cri khas tersendiri di Desa ini, berkumpul di warung-warung, di Pasar, di Gedung Pemerintahan, bahkan di sudut-sudut Mesjid, semua ramai membicarakan tentang kelayakan para kandidat yang akan bertarung memperebutkan Tahta Kepemimpinan Desa Doloduo Induk ini, Dengan berbagai analisa yang ada, bagiku apapun alasan para Tim Pemenangan dalam meraih suara dan mempengaruhi masyarakat untuk memilih Kandidatnya, semua itu sah dalam budaya politik kita, cara apapun yang dilakukan baik melalui kekeluargaan, money politic, intimidasi, dan lain sebagainya, sekali lagi itu SAH dalam Cinta dan Perjuangan Politik Kita, bukan pasrah akan keadaan tetapi inilah realitas politik kita di indonesia.

Kata DEMOKRASI kemudian menjadi diskursus yang tak pernah habis untuk dijadikan sebagai bahan diskusi di Negeri ini, hal ini pun tak terlewatkan di Desa ini, ketika para tokoh telah duduk bersama, serta Kopi dan Rokok pun terhidangkan di Meja, maka mulai lah mengupas kata ini, dengan berbagai penafsiran dan refrensi yang beragam, sejalan dengan itu, saya ingin mengutip ungkapan Aristoteles yang mencoba mendefinisikan bahwa Demokrasi adalah Kebebasan atau Prinsip demokrasi adalah Kebebasan, karena melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam negaranya, dan Ia tegaskan bahwa apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara hidupnya, maka sama saja seperti budak. Hal ini pun coba dikemukakan oleh Yusuf Al-Qordhawi, bahwa Demokrasi sebagai wadah bagi masyarakat untuk memilih seseorang yang pantas dalam mengatur segala urusan mereka, seperti memilih seorang pemimpin yang mampu menerapkan aturan sesuai kehendak mereka dan Rakyat pun memiliki hak untuk minta pertanggung jawaban pada para pemimpin tersebut, serta memilki hak untuk memecat para penguasa atau pemimpin jika menyeleweng. Mungkin ungkapan para tokoh yang ada terlalu ideal namun Demokrasi telah berjalan di Negara kita dan inilah wajah Demokrasi kita, dan kini masyarakat telah cerdas dalam menterjemahkan Demokrasi berdasarkan interpertasi mereka masing-masing.

Dan menurut hemat penulis, Fenomena Politik di Negara kita seperti Meneguk CAP TIKUS (Baca: Minuman Beralkhohol Ala Orang Kampung), Ia Memang Sangat Memabukkan dan terkadang membuat kita lupa diri, Namun Setelahnya ada Penyesalan dan Rasa Sakit, Namun Sekali lagi Inilah Realitas “Politik” Kita.

Mari kita nikmati Demokrasi ini, Silahkan gunakan Strategi dan Taktik yang ada untuk memenangkan pertarungan, karena saya yakin semua sikap kita ini lahir dari sebuah kesadaran akan sebuah pilihan hidup, DEMI KESEJAHTERAAN RAKYAT Untuk DESA DOLUDUO INDUK YANG LEBIH BAIK.

Mototompiaan, Mototabian, Bo Mototanoban
Moyoposi Diya bi’ Mokoropatoi’
Moyoposi Ta’ Na’ay Moyopisi’
(Kata tetangga Saya)

Selamat Bagi SANGADI yang terpilih Kelak, Semoga Amanah … Amien Yaa Rabb (#)

Penulis adalah Guru di Bolaang Mongondow

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *