Oleh: Rifaldi Rahalus
detiKawanua.com – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan oleh Lafran Pane pada hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiul Awwal 1366 H, tepatnya tanggal 5 Februari 1947, merupakan organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia yang telah mencetak ribuan generasi mapan dan hampir menduduki semua posisi strategis di lembaga pemerintahan dan non-pemerintahan.
Pada masa presiden Soeharto yakni era Orde Baru dengan kepemimpinan yang dikenal otoriter, Soeharto kemudian mengeluarkan intruksi kepada seluruh organisasi mahsiswa untuk tunduk terhadap Pancasila sebagai azas tunggal seluruh organisasi.
HMI yang lahir dengan semangat ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits, menganggap hal tersebut merupakan tantangan besar baginya. Sebagai konsekuesi, nyawa adalah taruhannya bila azas Pancasila ditolak (kontra Orde Baru). Akan tetapi, adalah pengkhianatan apabila azas tunggal tersebut diterima (pro Orde Baru), dengan harus menghapuskan roh islam di tubuh HMI.
Sejalan dengan perkembangan waktu, HMI terbelah menjadi dua pasca diselenggarakannya Kongres ke-15 HMI di Medan pada tahun 1983. Pada tahun 1986, HMI yang menerima azas tunggal Pancasila dengan pertimbangan-pertimbangan politis beserta tawaran-tawaran menarik lainnya, rela melepaskan azas Islam sebagai azas organisasnya. Selanjutnya HMI pihak ini disebut sebagai HMI DIPO, dikarenakan bersekretariat di Jalan Pangeran Diponegoro Jakarta. Sedangkan HMI yang tetap mempertahankan azas Islam kemudian dikenal dengan istilah HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi).
Karena alasan untuk menyelamatkan HMI dari ancaman pembubaran oleh rezim Orde Baru, maka melalui Kongres Padang disepakatilah penerimaan asas tunggal Pancasila. Setelah penerimaan azas tunggal itu, HMI yang bermarkas di Jalan Diponegoro sebagai satu-satunya HMI yang diakui oleh negara. Namun pada Kongres Jambi 1999, HMI (DIPO) kembali ke kepada asas Islam. Namun demikian, HMI DIPO dan HMI MPO tidak bisa disatukan lagi, meski azasnya sudah sama-sama Islam. Perbedaan karakter dan tradisi keorganisasian yang sangat besar di antara keduanya, membuat kedua HMI ini sulit disatukan kembali. HMI DIPO nampak lebih berwatak akomodatif dengan kekuasaan dan cenderung pragmatis, sementara HMI MPO tetap mempertahankan sikap kritisnya terhadap pemerintah.
Konsekuensi Jika HMI Bersatu
Wacana tekait mempersatukan kedua HMI sudah lama dimainkan selang setelah terbentuknya Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), akan tetapi pada tahap alumni memang terlihat solid namun tidak demikian bagi seluruh kader di tingkat cabang.
Kini, wacana tersebut kembali mencuat, misalnya tawaran yang diajukan mantan Ketua Umum PB HMI-MPO periode 2011-2013 Alto Makmuralto, melalui postingannya di grup HMI-MPO selang beberapa bulan pasca Kongres ke-29 di Bogor. Sontak postingan tersebut dihujani komentar antara lain komentar penuh dengan pernyataan yang sama yakni tidak mudah mempersatukan kedua kubu yang memiliki karakter perjuangan yang berbeda.
Menurut hemat saya, pada Kongres HMI MPO ke-30 yang sedang berlangsung di Tangerang Banten ini, didalamnya ada unsur yang sama, yakni ada niat untuk mempersatukan HMI. Mengingat, pada saat pembukaan Kongres yang rencananya dihadiri oleh Menteri Pendidikan Anies Baswedan yang juga alumni HMI MPO, ternyata tidak demikian dan justru hanya dihadiri oleh Tubagus Burhan yang berlatar belakang dari HMI DIPO. Lebih jelasnya lagi Burhan saat memberikan sambutan dengan spontan mengatakan, HMI kedepannya akan menjadi lebih kuat apabilah dipersatukan kembali. Dugaan lainnya adalah, berdasarkan hasil diskusi antara penulis dengan beberapa peserta Kongres yang terdiri dari peserta HMI dari cabang-cabang di bagian Timur dan bagian barat Indonesia, beberapa hari menjelang Kongres ke-30 ini PB HMI MPO telah mengadakan pertemuan dengan PB HMI DIPO. Jika demikian, kalupun HMI bisa kembali bersatu, maka konsekuensinya DIPO harus mengakui “kesalahannya” karena tidak konsisten dengan azas, sementara MPO harus siap disebut sebagai “Murtad” jika harus meyetujui satunya HMI.
Salam Hangat Penulis
—
Penulis adalah Ketua Umum HMI MPO Cabang Manado