Wakil Rektor III IAIN Manado, Dr. Evra Williyah, M.Ag.
Manado, detiKawanua.com – Peristiwa pemukulan oleh preman yang dialami wakil Presiden (Wapres) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado Sumarlin bachtiar, yang disinyalir merupakan campur tangan dari pihak kampus dibantah keras oleh Wakil Rektor (Warek) III bidang kemahasiswaan dan kerjasama Dr. Evra Willyah, M.Ag, Kamis, (20/8) siang tadi.
Aksi mahasiswa Selasa (18/8) kemarin dengan tuntutan mengembalikan konstitusi mahasiswa dengan menolak penunjukan langsung serta tuntut Warek III untuk turun jadi jabatannya, sontak membuat Evra Willyah beranggapan kalau tuduhan kekerasan itu ditujukan kepadanya.
Saat ditemui dalam ruangannya, Evra Willyah menyampaikan, pemukulan yang dilakukan oleh preman terhadap salah satu mahasiswanya tidak terjadi didalam kampus. Sedangkan pembubaran paksa yang dilakukan oleh preman saat mahasiswa sedang aksi tidak diketahui oleh Warek III tersebut.
“Insiden pemukulan itu terjadi di luar kampus bukan di dalam kampus, karena segala sesuatu yang terjadi di luar kampus bukan tanggung jawab kampus itu sendiri. Sedangkan persoalan pembubaran paksa oleh preman ketika mahasiswa sedang melakukan aksi saya tidak mengetahuinya, karena posisi itu saya berada di Aula kampus sementara memberikan materi pada Orientasi Pengenalan Akademik Kampus (OPAK) untuk mahasiswa baru,” Kata Evra Willyah.
Evra Willyah menambahkan, seandainya peristiwa ini terjadi dihadapannya tidak mungkin akan dibiarkan begitu saja, dan Warek III ini menduga kalau Sumarlin dan peserta aksi kehabisan cara untuk mengahadapi dirinya terkait SK Dirjen.
“Tidak mungkin saya hanya membiarkan begitu saja kalau ada preman yang memukuli mahasiswa bahkan sampai masuk ke area kampus. Atau jangan-jangan sumarlin melakukan hal ini karena dia dan teman-temannya kehabisan cara untuk mengahadapi saya, karena tujuan mereka hanya satu yaitu menolak SK Dirjen tentang kelembagaan,” terang Evra Willyah.
Ditempat yang sama dan ruangan terpisah, Humas IAIN manado Mohammad Fitri menyampaikan terkait peristiwa tersebut tidak bisa langsung ditarik kesimpulan. Biarkan polisi bekerja apakah ada oknum dari pihak kampus yang terlibat atau hanya sekedar rekayasa semata.
“Kita tidak boleh cepat mengambil kesimpulan apakah ini benar atau rekayasa, karena menurut informasi yang saya terima peristiwa ini sudah di laporkan pada pihak yang berwajib. Jika terbukti ada pihak kampus terlibat didalamnya, itu tetap kami proses sesuai aturan yang berlaku,” tegas Mohammad Fitri. (Enda)