Boltim, detiKawanua.com – Untuk pertama kali Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) mengelar seminar yang membahas Prospek Keketuaan Indonesia di ASEAN Tahun 2023 bagi Pengembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah, serta Kemampuan dan Kebutuhan Daerah Perbatasan (Sulawesi Utara) dalam menghadapinya, yang melibatkan kepala daerah sebagai Narasumber.
Hal ini menjadi menarik, ketika pihak penyelengaran mengundang Bupati Kabupaten Bolaang Momlngondow Timur (Boltim), Sam Sachrul Mamonto S.Sos M.Si sebagai salah-satu Narasumber dan membahas isu-isu Internasional serta, peluang dan tantangan Indonesia saat menjadi Ketua Negara-negara Asean, narasumber lain yakni Dino Pati Djalal (Directur of Foregin Policy Community of Indonesia), Edy Prasetyo (Direktur Eksekutif ASEAN Study Center – Universitas Indonesia, Franky Rengkung S.IP MA (Dosen tetap pada Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi.
Dino Pati Djalal sendiri adalah, mantan Wakil Mentri, kemudian menjabat sebagai Duta besar Indonesia berkuasa penuh di Amerika dan juga menjadi juru bicara Presiden di masa SBY. Ada beberapa hal menarik yang mengemuka dalam pelaksaan kegiatan tersebut, dimana Bupati Sachrul dengan lugas mengupas tentang peluang dan tantangan indonesia saat menjadi ketua ASEAN.
Menurut Sahrul bahwa, Indonesia menjadi ketua Asean saat dunia sedang mengalami ketidakstabilan, salah-satu contoh perang antara Rusia dan Ukraina yang secara langsuang berpengaruh terhadap ekonomi dunia, ketegangan di Tiongkok, serta kudeta militer di Myanmar. Ditambah lagi dengan persoalan maha berat di Tahun 2023 sampai 2024, Indonesia akan mengelar pemilihan secara serentak “Ini menjadi pekerjaan yang berat bagi Indonesia. Tapi, Indonesia tetap harus mampu menunjukan kemampuannya, sebagai negara yang mampu memfasilitasi semua negara-negara anggota Asean. Serta Indonesia menunjukan, sikap netral dan tidak boleh terlibat blok tertentu di negara-negara Asean,” jelas, Bupati Sachrul.
Dari sisi peluang ekonomi, Sachrul juga mengungkapkan bahwa Tahun 2017 lalu Presiden Jokowi telah melakukan pertemuan untuk membahas eksport inport ekonomi, antara negara Philipina dan Indonesia dengan cara rool on roll of, General santos/Davao menuju Bitung yang juga adalah gerbang pasifik, dan masuk Alki (Arus Laut kepulawan Indonesia 3). Namun, pembicaraan itu terhambat karna adanya birokrasi yang berbelit-belit, hingga pembicaraan itu gagal. Menurut Sachrul bahwa ini yang harus diperbaiki lagi soal, aturan dan regulasi serta birokrasi. Tak hanya itu Bupati juga menyingung soal persaingan bahan kualitas eksport yang belum bisa bersaing secara Internasional dan ini jelas menjadi kendala bagi Indonesia.
Dr. Drs. Michael Mamentu sebagai ketua pusat studi ASEAN mengungkapkan, bahwa Bupati Boltim diundang menjadi Narasumber, artinya bahwa yang bersangkutan sangat paham dengan isu-isu Internasional, terutama peta negara negara Asean serta peluang dan tantangan. Michael juga mengaku bangga bahwa salah-satu muridnya memiliki wawasan yang luas “Ini adalah ajang untuk menguji intelektual para narasumber terutama Bupati Boltim, karna yang menjadi peserta dan penanya adalah rata-rata para dosen yang bergelar doktor, tapi beliau mampu menjelaskan dengan cara yang sangat memuaskan,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, bahwa tidak semua kepala daerah memiliki kemampuan dalam membahas isu isu internasional, senada dengan Michael, Doktor Femmy Tulusan juga mengungkapkan, kekagumannya terhadap mantan muridnya di pasca sarjana “Tentu dengan hadirnya Bupati ini, merupakan kebangaan kami dosen-dosen di Unsrat. Sebab, belia adalah mahasiswa kami,” ungkapnya.
(Fidh)