Manado, detiKawanua.com – Ratusan aktivis yang tergabung dalam Relawan Jaringan Aktivis Menangkan Ganjar – Mahfud dan Rio Dondokambey (Jasmerah – RD) dibuat merinding.
Pasalnya, mengawali Deklarasi Jasmerah – RD, yang dilaksanakan di Warkop Corner 52 Manado, pada Kamis (8/2/24), kelompok aktivis yang juga mahasiswa aktif, mementaskan teatrikal mengenang korban penculikan di masa orde baru lalu.
Dari pantauan media ini, salah satu aktivis juga selaku penyair muda Yesaya Angkow membawakan puisi karya Widji Thukul. Diketahui, Widji Thukul ini adalah aktivis yang sering mengkritik pemerintah lewat karyanya, yakni puisi dan syair.
Bahkan, puisi yang diciptakannya begitu pedas bagi pimpinan bangsa dikala itu. Atas hal itu, Widji Thukul pun diculik dan hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Sementara, usai pentas, Yesaya menerangkan, pementasan tadi adalah kontemporer atau abstrak tapi diteatrikal dari sebuah puisi. Selain puisi dari Widji Thukul, dirinya juga membawakan puisi ditulis sendiri untuk pementasan ini.
“Yang pakai putih sebagai narasi Indonesia dan merah sebagai Ibu Pertiwi. Ibu pertiwi ini juga ikut menyalakan lilin untuk mengenang para aktivis – aktivis dan pejuang – pejuang waktu di jaman kemarin itu (Pemerintahan rezim Orde Baru di masa Presiden Soeharto, red). Mulai dari kemerdekaan sampai memperjuangkan demokrasi,” terangnya.
“Saya juga membawakan puisi dari aktivis Widji Thukul. Saya bermaksud meneruskan jiwa – jiwa Widji Thukul dengan melantangkan puisi atau karya, yang juga di-upload di media sosial,” tambahnya, seraya bergurau semoga tidak diculik.
Untuk diketahui, Deklarasi yang juga dirangkaikan dengan Dialog Kebangsaan ini dihadiri oleh Juru Kampanye TKN Ganjar – Mahfud Aryo Seno Baskoro dan Rio Dondokambey. (*)